Gridhot.ID - Penemuan kerangka manusia yang terkubur dalam rumah di Makassar menghebohkan warga Kelurahan Bontoala Tua, Kecamatan Bontoala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Kerangka perempuan itu ditemukan pihak kepolisian di area rumah kontrakan pada Minggu (14/4/2024) pagi.
Adapun rumah itu dulunya ditempati pasangan suami istri, H (43) dan JU alias U (35), serta dua anaknya.
Berdasarkan hasil penyelidikan, tulang belulang itu adalah milik JU, yang keberadaannya tak diketahui sejak 2018.
JU ternyata dibunuh oleh suaminya, H.
Selama enam tahun, H menyembunyikan pembunuhan istrinya.
Saat ditanya warga tentang keberadaan sang istri, H selalu berkelit.
"Pernah juga ada tanya, 'Di mana istrimu?' Katanya dia sudah pergi dengan laki-laki lain," ujar Bahrun, seorang warga kepada Kompas.com, Minggu (14/4/2024).
Bahrun mengatakan, H dan anaknya tak lagi tinggal di rumah itu karena dikontrakkan.
"Ini sudah dua kali dikontrakkan, yang terakhir 2 tahun lebih tinggal. Ini terakhir kosong sekitar 4 bulan," ucapnya.
Menurut Ketua RW 04 Bontoala Tua Andi Tenri Rauf, keluarga H jarang berinteraksi dengan warga.
Namun, Andi menuturkan, pernah ada laporan yang menyebut bahwa H kerap menganiaya istrinya.
"Saya dengar dari tetangganya, dia sering memang pukul istrinya selama dia tinggal. (Pelaku) tinggal di sini, saya dengar tadi kejadian itu 2018," ungkapnya.
Pelaku ditangkap
Saat ini, H telah ditangkap polisi. Ia mengaku pembunuhan didasari rasa cemburu karena istrinya bertemu mantan kekasih.
"Saya curigai ketemu sama mantan pacarnya di Lorong 1, saya tanya, tapi dia tidak mau mengaku," tuturnya.
H lantas memukul korban menggunakan tangan kosong, kemudian kayu.
Ia lupa kapan persisnya penganiayaan disertai pembunuhan itu terjadi. Yang ia ingat, peristiwa terjadi pada 2018.
Usai merenggut nyawa istrinya, H lantas memasukkan jasad korban ke kubangan di belakang kamar mandi.
"Saya taruh di belakang rumah, saya timbun pakai pasir, kasih semen di atasnya, tidak dicor," jelasnya.
Paksa anak berbohong
Kapolda Sulsel Irjen Andi Rian R Djajadi mengungkapkan, kasus penemuan kerangka ini terbongkar setelah anak perempuan H berinsial VI (17) melapor ke Polrestabes Makassar.
Awalnya, VI melaporkan soal penganiayaan terhadap dirinya yang dilakukan H.
Saat dimintai keterangan polisi, VI menyampaikan bahwa ibunya juga sering dianiaya H.
"Ternyata dari keterangan si anak bahwa ibunya bukan lari, tapi dianiaya sampai mati dan kejadiannya 2018, kalau kita hitung berarti sudah 6 tahun," terangnya.
VI mengaku, penganiayaan terhadap ibunya terjadi saat dia masih duduk di kelas IV SD, di tahun 2018.
Seingat VI, ibunya dianiaya sampai mengalami luka di wajah.
"Waktu itu saya masih kelas IV SD. Sepulang sekolah saya melihat mama saya terbaring di lantai, saya hampir tidak mengenalinya karena wajahnya sudah bengkak," kata VI di hadapan penyidik di Mapolrestabes Makassar, Sabtu (13/4/2024) malam.
Dua hari kemudian, dia masih melihat ibunya terbaring di lantai tak sadarkan diri.
"Dua hari kemudian setelah pulang sekolah, saya masih melihat mama saya terbaring di tempat yang sama," ujarnya.
Tak lama kemudian, kata VI, dia melihat ayahnya membawa masuk ke dalam rumah pasir dan semen.
"Kemudian memberitahukan kepada saya kalau ada yang bertanya semen itu untuk apa, saya harus jawab untuk membuat kolam ikan," ucapnya.
Dia juga mengaku, diminta oleh ayahnya untuk berbohong ketika orang-orang menanyakan di mana keberadaan ibunya.
"Bapak saya kemudian mengajari saya dan adik saya yang waktu itu masih berumur 5 tahun. Kika ada yang bertanya mama kamu ke mana, sampaikan bahwa mamamu pergi entah ke mana," tuturnya mengikuti perkataan pelaku.
Setiap kali tetangga bertanya kepada pelaku kemana istrinya, pelaku mengatakan bahwa istrinya pergi dengan pria lain.
(*)