Saat itu, firasat Agus sudah tidak enak. Dia sempat melarang Samuel untuk pergi naik gunung ke lokasi kerjanya di Nduga. Agus memaksa Samuel untuk menetap di Timika dan mencari pekerjaan lain.
Namun Samuel menolak. Samuel beralasan, tidak enak meninggalkan bos dan rekan-rekannya yang sama-sama bekerja di PT Istaka Karya.
“Terakhir telepon itu, dia bilang ditawari kerja borongan membangun sekolah di Timika, saya setuju sekali. Saya bilang tidak usah naik ke Nduga lagi, kerja saja bangun sekolah. Tapi dia bilang tidak enak meninggalkan teman-temannya. Jadi dia naik lagi dan meneruskan pekerjaan bersama PT Istaka Karya,” tuturnya.
Baca Juga : Duh! Lindswell Kwok Menikah, Sang Ibunda Malah Merasa Dibohongi
Tidak disangka, percakapan itu adalah percakapan terakhir antara Agus dan Samuel. Senin (3/12/2018) Agus mendapat kabar penembakan 31 pekerja PT Istaka Karya di Nduga, Papua, oleh kelompok sparatis.
Dia tidak percaya, dan terus meyakini suaminya masih hidup. Bersama anak-anak dan keluarga lainnya, Agus terus berdoa untuk keselamatan Samuel.
Naas, beberapa hari setelah itu, kabar kematian Samuel sampai ke telinganya.
“Hati saya hancur, waktu mendengar kabar penembakan itu. Saya bingung harus menghubungi siapa. Saya tidak tahu lagi, berhari-hari saya nantikan kabar keselamatannya. Waktu bosnya telepon pada hari Rabu, kaki saya seperti sudah melayang,” ungkapnya.
Baca Juga : Jangan Lupa Olahraga Kalau Mau Jadi Seperti Brie Larson Si Kapten Marvel, Cantik Sekaligus Sehat
Harapan Samuel bisa berkumpul merayakan Natal bersama di Jahab, seketika sirna. Kenangan hidup bersama Samuel, menjadi tangis pilu seluruh keluarga.
Hanya doa, dan keyakinan perlindungan Tuhan yang menjadi kekuatan Agus untuk tetap hidup melanjutkan perjuangan membesarkan anak-anaknya seorang diri.
“Saya ikhlas, dia pergi. Saya yakin Tuhan sedang menuntunnya menuju surga. Saya percaya, Tuhan tidak akan membiarkan saya dan anak-anak kelaparan. Kami akan tetap berjuang untuk dia,” katanya. Agus belum memastikan kapan Samuel akan dikebumikan.