Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Pakar Sebut Pelihara Ayam di Rumah Sama Saja dengan 'Memelihara' Bom Waktu Mematikan, Kok Bisa?

Septiyanti Dwi Cahyani - Jumat, 14 Desember 2018 | 19:35
Ilustrasi ayam
pexels.com

Ilustrasi ayam

Laporan Wartawan Gridhot.ID, Septiyanti Dwi Cahyani

Gridhot.ID - Para pakar penyakit di Australia mengatakan bahwa hobi memelihara ternak di belakang rumah atau kandang yang berdekatan dengan rumah bisa memicu bom waktu penyebaran wabah penyakit.

Dilansir dari Kompas.com, direktur penelitian lembaga studi CSIRO di Australia, Paul De Barro mengatakan bahwa wabah penyakit yang dibawa ayam, babi atau kambing berisiko tinggi mengancam jiwa manusia.

Hewan-hewan peliharaan, khususnya yang berada di pinggiran kota dan kota, bisa terpapar hewan liar lainnya seperti kelelawar.

Kelelawar inilah yang kemudian membawa penyakit seperti virus Hendra atau Nipah.

Baca Juga : 2 Wanita Ini Masuk Jajaran 50 Orang Terkaya di Indonesia Versi Majalah Forbes, Siapakah Mereka?

"Ketika populasi urban menyebar, mereka pindah ke area hutan, area alami. Dan karena itu kita semakin dekat dekat dengan hewan liar," katanya kepada ABC.

Selain itu, perubahan iklim juga dianggap sebagai faktor pemicu, di mana kita menyaksikan hewan-hewan telah mengubah perilaku mereka sebagaimana dikutip dari Intisari Online.

Misalnya, di perkotaan semakin sering terlihat kelelawar terbang padahal 50 tahun lalu hal ini tidak dijumpai.

"Ketika kita mendapatkan perubahan ini, risiko penyakit dari hewan ke manusia semakin meningkat," ujar dia.

Baca Juga : Kata Wiranto Soal KKB di Nduga, Papua: Kita Kejar, Kita Habisi Mereka!

Dr de Barro juga mengatakan jika risiko penyebaran penyakit dari hewan ke manusia juga bisa dialami mereka yang tinggal di perkotaan.

Seperti di Australia ketika ada wabah flu burung, pihak berwenang sulit mendeteksi dari mana asalnya.

Sebab, tidak ada pendataan kepemilikan hewan di negara itu.

Hal semacam inilah yang menurut Barro membuat wabah penyakit sulit dibendung.

Baca Juga : Hanifa, Bocah Kelas 2 SD yang Laporkan Ayahnya ke Polisi Karena Tak Penuhi Janji Bangun Toilet di dalam Rumah

"Yang tidak kita ketahui adalah kapan (wabah penyakit) muncul, kita tidak tahu frekuensinya, dan kita bahkan tidak tahu skala atau konsekuensinya," katanya.

"Bisa jadi ada beberapa orang yang jadi korban atau mungkin ratusan orang meninggal."

Barro menambahkan, para ahli masih belum bisa memahami bagaimana sebuah penyakit bisa berpindah dari hewan liar ke hewan peliharaan kemudian berakhir di manusia.

"Pengawasan yang kita miliki untuk penyakit-penyakit yang disebarkan oleh hewan ke manusia belum memadai," kata Dr de Barro.

Baca Juga : 4 Momen Pernikahan Anak Presiden Indonesia, Ada yang Jauh dari Kemewahan dan Dipenuhi Derai Air Mata

"Saya tidak bisa menjelaskan mengapa, atau dalam kondisi apa, virus seperti Hendra bergerak dari kelelawar menular ke kuda lalu berakhir ke manusia. Jadi sulit untuk membuat prediksi seputar kemungkinannya," terangnya.

Survei nasional terhadap satwa liar yang terus berlangsung dan penyakit yang mereka bawa sangat penting untuk mengurangi risiko, kata Dr De Barro.

"Kami tidak benar-benar tahu penyakit apa yang ada pada burung asli, marsupial, kelelawar," katanya.

"Dan kami tidak memantau frekuensi penyakit-penyakit ini, jadi saya tidak bisa menjelaskan apakah penumpukan virus pada hewan tertentu di pinggiran kota tertentu."

Baca Juga : Bukan Fatmawati, Ternyata Inilah Wanita yang Temani Soekarno Menghembuskan Napas Terakhirnya

Dr de Barro mengakui wabah jarang terjadi di Australia, tetapi dia memperingatkan bahwa peluang hal itu terjadi ada di sekitar kita.

"Di sebelah utara kita adalah 'wilayah panas' Asia, yaitu Asia Tenggara di mana sering terjadi penyebaran wabah penyakit karena ada warga hidup berdampingan dengan babi dan unggas dan hewan liar lainnya," katanya. (*)

Source :Kompas.com Intisari Online

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x