Untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan maka pesawat terpaksa putar balik menuju bandara.
Padahal saat pemantauan ketinggian terbang pesawat sudah mencapai 5.000-15.000 kaki. Namun abu vulkanik masih menghadang.
Baca Juga : Deretan 5 Bencana Tsunami Paling Mematikan di Dunia
"Karena ini menurut Bapak Panglima (TNI) untuk melakukan survei itu harus cukup tinggi agar kamera itu memotretnya bisa utuh."
"Kalau terlalu rendah itu selain membahayakan karena masih erupsi vertikal, terlalu rendah itu membahayakan dan angle foto pemotretannya itu enggak bisa utuh," kata Dwikorita.
Dwikorita menjelaskan dua penerbangan itu terpaksa tak membuahkan hasil lantaran hadangan abu vulkanik.
"Saya kemaren enggak, tapi menurut pilotnya, ini sebenarnya sudah dekat Bu sudah di depan hanya kami tidak bisa menembus ini awan terlalu tebal. Sehingga jarak pandang itu loh tapi dari radar kan kelihatan cuma kalau masuk di awan kan juga terguncang-guncang dong," ujarnya.
Namun tim BMKG dan lembaga terkait akan kembali melakukan penerbangan untuk memantau perkembangan Gunung Anak Krakatau.
(*)