Pihak BPPT juga menegaskan bahwa kajian ini hanya berupa potensi dan bukan prediksi.
Artinya, kajian tersebut dibuat guna mempersiapkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.
Karena potensi dan prediksi sendiri adalah dua kata yang jauh berbeda.
Menurut Widjo Kogko, potensi gempa dan tsunami besar ini bisa terjadi karena adanya energi yang tersimpan di tiga lempeng megathrust.
Ketiga lempeng tersebut setiap tahunnya terus bergeser 6 sampai 7 centimeter.
"Kita ada tiga lempeng utama yang saling berjalan.
Dari Australia ada lempeng yang menyodok ke Utara dan ini kan terus-menerus setiap tahun 6 sampai 7 cm, katakanlah begitu, dan tentu ini ada energi yang tersimpan dan tentu saja setiap saat bisa saja energi ini lepas dan kemudian menyebabkan gempa bumi yang cukup besar dan tentu diiringi dengan tsunami kalau itu terjadi di lautan," papar Widjo Kongko.
Baca Juga : Ungkapan Kesedihan Ifan Seventeen Usai Dylan Sahara Ditemukan Meninggal Akibat Tsunami di Banten
Kemungkinan atau potensi tersebut tidak hanya terjadi di wilayah yang disebutkan namun bisa terjadi di beberapa wilayah lainnya di Indonesia.
Mengingat ada banyak wilayah di Indonesia yang menjadi titik temu lempeng selain dari tiga lempeng yang telah disebutkan sebelumnya.
Widjo Kongko juga mengingatkan masyarakat agar tidak resah dengan hasil kajian berupa potensi tsunami yang ia ungkapkan.