Kajian tentang ancaman tsunami di Selat Sunda ini juga pernah dipaparkan kepada BMKG pada bulan April 2018 lalu dengan tujuan antisipasi dan mitigasi bencana.
Saat itu, BPPT menjadi narasumber dalam sebuah seminar yang diadakan oleh BMKG.
Pihak BPPT juga menegaskan bahwa kajian ini hanya berupa potensi dan bukan prediksi.
Artinya, kajian tersebut dibuat guna mempersiapkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.
Karena potensi dan prediksi sendiri adalah dua kata yang jauh berbeda.
Menurut Widjo Kogko, potensi gempa dan tsunami besar ini bisa terjadi karena adanya energi yang tersimpan di tiga lempeng megathrust.
Ketiga lempeng tersebut setiap tahunnya terus bergeser 6 sampai 7 centimeter.
"Kita ada tiga lempeng utama yang saling berjalan.
Dari Australia ada lempeng yang menyodok ke Utara dan ini kan terus-menerus setiap tahun 6 sampai 7 cm, katakanlah begitu, dan tentu ini ada energi yang tersimpan dan tentu saja setiap saat bisa saja energi ini lepas dan kemudian menyebabkan gempa bumi yang cukup besar dan tentu diiringi dengan tsunami kalau itu terjadi di lautan," papar Widjo Kongko.
Baca Juga : Ungkapan Kesedihan Ifan Seventeen Usai Dylan Sahara Ditemukan Meninggal Akibat Tsunami di Banten
Source | : | YouTube,grid |
Penulis | : | Septiyanti Dwi Cahyani |
Editor | : | Septiyanti Dwi Cahyani |
Komentar