Tahun itu merupakan sejarah karena untuk kali pertama Indonesia menggelar pemilihan presiden secara langsung.
Dilansir dari harian Kompas edisi 1 Juli 2004, dalam acara debat 1 jam 30 menit tersebut, yang tampil sebagai panelis adalah peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti, dosen Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) Harkristuti Harkrisnowo, Dekan Fakultas Ekonomi UI Aditiawan Chandra, dan Rektor Universitas Diponegoro Eko Budihardjo.
Baca Juga : Heboh Koran The Washington Post Palsu Beredar, Isinya Seperti Ini...
Pertanyaan muncul dari berbagai panelis ke calon kandidat, tapi kebanyakan dari mereka hanya sepakat dan menambahkan pernyataan salah satu kubu.
Bahkan, Ira Koesno sempat menekankan respons atas jawaban calon lain harus disertai alasan setuju atau tidak setuju.
Dalam menjawab penyampaian paparan program dan juga jawaban atas pertanyaan panelis kerap kali batas waktu yang disediakan terlewati.
Baca Juga : Engga Malu, Kahiyang Ayu Tidak Lulus CPNS, Nilainya Jauh Banget
Ira Koesno berkali-kali menegur kandidat karena melebihi waktu yang ditentukan. Setelah saat itu, namanya seketika tak tersentuh media. Ternyata dia membuat jasa konsultan.
Dilansir Harian Kompas yang terbut pada 30 April 2008, Tak kembali ke layar kaca, kini Ira sibuk dengan usaha jasa konsultan media dan kehumasan bernama Irakoesno Communications.
Debat Pilkada DKI Jakarta 2017
Memasuki era kontestasi Pilkada DKI Jakarta 2017, namanya muncul lagi. Ini disebabkan Ira Koesno dipilih sebagai mediator debat Pilkada DKI Jakarta 2017.
KPU DKI Jakarta memilih Ira karena memiliki pengalaman menjadi moderator dalam debat. Apalagi, dirinya jurnalis senior dan juga pernah jadi moderator debat perdana pilpres.