Lebih lanjut, guguran lava dan awan panas tersebut berpotensi menimbulkan hujan abu.
Masyarakat di sekitar dihimbau untuk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik.
"Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi," kata dia.
"Jika terjadi perubahan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali," ucap dia.
Baca Juga : Pasangan Unboxing Honda Scoopy Berencana Nikah Tahun Ini, Sang Kekasih Sebut Adi Saputra Sosok Baik Hati
Awan panas guguran teramati terjadi pada tanggal 7 Februari 2019 ke arah Kali Gendol.
Awan panas guguran terjadi pada pukul 18.28 WIB, dengan jarak luncur 2.000 meter, amplitudo 70 mm dan durasi 215 detik.
Kegempaan Gunung Merapi dalam minggu ini tercatat 1 kali gempa awan panas (PF), 25 kali gempa hembusan (DG), 2 kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 4 kali gempa fase banyak (MP), 377 kali gempa guguran (RF), 11 kali gempa low frekuensi (LF), dan 7 kali gempa tektonik (TT).
Intensitas kegempaan pada minggu ini lebih tinggi dari minggu sebelumnya.
Pada minggu ini, terjadi hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi dengan intensitas curah hujan tertinggi sebesar 50 mm/jam selama 30 menit di Pos Babadan pada tanggal 1 Februari 2019.
Tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
"Pemerintah daerah direkomendasikan untuk menyosialisasikan kondisi Gunung Merapi saat ini," kata dia.