”Saya masih bodoh dan apolitis waktu itu, tetapi sikapnya yang sama sekali tak menghormati bangsa saya (dan bangsa Barat secara umum) benar-benar memicu minat dan hasrat saya waktu itu,” ujar Anders dalam manifestonya setebal 1.500 halaman.
Rasa tak nyaman dengan satu temannya yang berasal dari latar belakang bangsa dan kultur berbeda itu ia bawa dan pelihara hingga beranjak dewasa.
Tahun 1999, Anders menjadi anggota Partai Kemajuan, partai berhaluan kanan yang mengkritik kebijakan Pemerintah Norwegia mengizinkan arus imigran dari negara-negara Timur Tengah.
Baca Juga : Jalani Sidang, Teroris Brenton Tarrant Mendapat Teriakan, 'Membusuklah Kau di Neraka!'
Saat aktif di partai tersebut, Anders pun tidak menonjol.
Anders pun kemudian keluar dari partai pada tahun 2004-2006 dengan alasan partai tersebut masih terlalu terbuka terhadap tuntutan multikultural dan gagasan humanisme yang menghancurkan diri sendiri.
Meski ia terang-terangan menunjukkan pandangan Islamophobia dan anti-multikulturalisme dalam manifestonya, Anders bersikeras dirinya bukan seorang rasis.
Baca Juga : Kisah Marbot Masjid Linwood Tak Gentar Lawan Teroris yang Menyerang, Saksi : Pelaku Melarikan Diri
Ia juga mengaku tidak suka dengan gerakan Neo-Nazi.(*)
Source | : | Kompas.com,BBC,independent.ie |
Penulis | : | Nicolaus |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar