Sistem yang dikenal dengan sebutan Manoeuvring Characteristics Augmentation System (MCAS) itu disebut berkaitan dengan jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 di Indonesia, Oktober 2018 lalu.
Kala itu, pesawat Boeing 737 Max juga jatuh sesaat setelah lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng.
Kecelakaan itu menewaskan 189 orang kru dan penumpangnya.
Investigasi jatuhnya pesawat Lion Air mengindikasikan sistem anti-stall tidak berfungsi.
Bahkan sistem tersebut memaksa hidung pesawat turun sebanyak lebih dari 20 kali sebelum akhirnya jatuh ke laut.
Pihak berwenang Ethiopia telah menyebut adanya "kemiripan-kemiripan yang jelas" antara insiden Lion Air dan Ethiopian Airlines.
Meski begitu pihak maskapai dan pihak berwenang Ethiopia menolak berkomentar mengenai bocoran investigasi tersebut.
Dampak Kekhawatiran akan safety procedure Boeing 737 Max menyebabkan sejumlah negara memutuskan untuk mengrounded penerbangan pesawat jenis itu.
Walhasil pabrikan Boeing langsung merancang ulang perangkat lunak 737 Max sehingga MCAS akan non-aktif ketika menerima data yang bertentangan dari sensor-sensornya.
Sebagai bagian dari pemutakhiran teknologi, Boeing akan mencangkok sistem peringatan tambahan pada pesawat 737 Max, yang sebelumnya merupakan pilihan pada fitur keselamatan.