Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Bantai 500 Orang Tanpa Ampun, Petani Ini Diklaim Pembunuh Berdarah Iblis di Dunia

None - Senin, 29 April 2019 | 20:38
Ilustrasi Julio Santara, petani sayur yang dianggap sebagai pembunuh bayaran paling sadis di dunia.
New York Post

Ilustrasi Julio Santara, petani sayur yang dianggap sebagai pembunuh bayaran paling sadis di dunia.

Kemudian Santana menyingkirkan mayat itu, membakar dan melemparkannya ke sungai, di mana piranha-pirahan sudah siap melahap sisa-sisa jasadnya.

“Tidak pernah dalam hidupku aku akan membunuh siapa pun, Tuhan,” katanya. “Tidak akan lagi.”

Santana akan mengingat pembunuhan pertama itu sepanjang sisa kariernya yang berlumuran darah.

Bahkan setelah dia mengambil nyawa hampir 500 nyawa dan menjadi pembunuh bayaran paling produktif di dunia, raut wajah Yellow sesaat sebelum dia meninggal akan menghantui mimpinya selama beberapa dekade.

Santana sebenarnya memiliki sedikit aspirasi dalam hidup.

Seperti kebanyakan pria muda di pedalaman Brasil, dia tampaknya “ditakdirkan untuk menjadi nelayan yang damai yang tinggal di kedalaman hutan hujan," tulis wartawan Brasil pemenang penghargaan, Klester Cavalcanti, dalam buku barunya The Name of Death yang mengisahkan karier Santana.

Di Brasil, buku ini juga telah diadaptasi sebagai film layar lebar.

Cavalcanti mengatakan dia menemukan Santana dalam perjalanan pelaporan ke Amazon 10 tahun yang lalu untuk menyelidiki perbudakan modern.

“Seorang perwira polisi federal mengatakan kepada saya bahwa sangat umum di wilayah itu para peternak mengontrak par apembunuh bayaran untuk membunuh budak buron," kata Cavalcanti, 49, kepada The Post.

Baca Juga : Disinyalir Jual Produk Palsu, 2 Toko Online Terbesar Indonesia Diawasi Ketat Oleh Pihak Berwenang Amerika

“Saya mengatakan kepada petugas bahwa saya benar-benar ingin mewawancarai pembunuh bayaran dan dia memberi saya nomor untuk telepon umum dan mengatakan kepada saya untuk meneleponnya pada tanggal dan waktu tertentu.”

Ketika Santana menjawab telepon di Porto Franco, kota kecil di pedalaman negara bagian Maranhao, Brasil, tempat dia tinggal saat itu, dia enggan berbicara dengan wartawan itu.

Source : Suar.grid.id

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x