Dengan insiden ini, pihak Departemen Kesehatan New Mexico langsung melakukan pengujian pada pasien yang pernah melakukan facial vampir antara bulan Mei-September 2018.
Pemanggilan itu untuk melakukan cek darah pemeriksaan penyakit HIV, hepatitis B dan C yang dapat ditularkan melalui darah.
“Sementara ini, lebih dari 100 pelanggan klinik kecantikan tersebut telah diuji."
"Selain itu, tersedia pula layanan pengujian dan konseling untuk para pasien yang menerima perawatan terkait injeksi,”ujar Kathy Kunkel dari Departemen Kesehatan New Mexico.
"Tes sangat penting dilakukan, agar kondisi tubuh lebih cepat diketahui. Karena khawatir terjadi HIV maupun infeksi hepatitis,” Kathy menambahkan.
Hasil investigasi kepolisian menemukan bukti jika klinik tersebut menggunakan jarum suntik tidak aman.
Baca Juga : Sultan Asal Malaysia, Sultan Muhammad V Nikahi Mantan Ratu Kecantikan Moskow yang Beda 24 Tahun
Meski begitu sebelumnya pemilik klinik mengklaim selalu memakai jarum suntik sekali pakai.
Sementara di Indonesia sendiri, facial vampir atau terapi PRP juga sangat mudah ditemui di klinik-klinik kecantikan.
Oleh karena itu, selalu pastikan kebersihan alat-alat yang dipakai dan sebaiknya dilakukan oleh dokter yang berkompeten.
(*)