Work dan Grant menjelaskan, upaya China untuk mengungguli AS dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah upaya modernisasi yang terjadi pada 1990 hingga 2000-an.
Kemudian fase kedua ditempuh setelah Beijing bisa mengembangkan senjata presisi dan jaringan tempur yang canggih, dan membuat mereka dominan di kawasan regional.
Dengan keunggulan di bidang rudal hipersonik maupun senjata anti-kapal, China bisa unggul di area Taiwan maupun Laut China Selatan, dan membuat AS fokus kepada mereka.
Fase terakhir diambil begitu China bisa melewati kecanggihan teknologi militer AS. Fase ini bisa membuat Beijing mulai memperluas kepentingan mereka di seluruh dunia.
Laporan itu mengungkapkan China menggunakan strategi mata-mata di bidang industri dan teknis untuk menganalisis dan mengeksploitasi kelemahan Pentagon.
China kemudian menginvestasikan dana besar di sektor kecerdasan buatan untuk memperoleh keunggulan di medan perang.
Bahkan, China disebut mempunyai "kemampuan hitam" (Black Ability).
Yakni keunggulan yang tidak diketahui dan bakal dikeluarkan saat terjadi perang untuk mengejutkan lawan.
Pejabat militer maupun pemerintah AS sudah sangat menyoroti kemajuan signifikan China yang sudah menggelontorkan hingga 620 persen selama 20 tahun terakhir.
Laporan dari CNAS mengungkapkan, China kini merupakan negara dengan anggaran pertahanan terbesar nomor dua di dunia di belakang Negeri "Uncle Sam".
Tahun lalu, Wakil Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Paul Selva memperingatkan China bisa menyamai AS di awal 2020, dan melewati mereka pada 2030 mendatang.