Meskipun demikian, tetap saja tidak ada helikopter yang datang untuk mengevakuasinya ke kota guna mendapat perawatan medis.
Pada 18 Juni 2019, Patra menghembuskan nafas terakhir di tempat tugasnya di Oya.
Dia meninggal dalam kesendirian, tanpa ada keluarga, teman maupun kerabat yang mendampingi Pahlawan Kemanusiaan itu.
Jenazah Patra baru dievakuasi pada 22 Juni 2019 menggunakan helikopter yang disewa Pemda dari Nabire atau empat hari setelah dia meninggal dunia.
Baca Juga: Gugur Saat Kontak Senjata dengan KKB di Nduga, Bharada Aldy Baru 2 Bulan Bertugas di Papua
Kematian Patra yang terbilang tragis menjadi keprihatinan banyak pihak.
Tomas Waropen, Kepala Puskesmas Naikere menyatakan nyawa Patra mungkin bisa tertolong jika pihak dinas kesehatan maupun instansi terkait lainnya cepat merespon laporannya terkait kondisi Patra dan meminta segera dikirim helikopter.
"Kami sudah rapat sampai tiga kali dengan Dinas Kesehatan, Kesra dan Pak Sekda tapi tetap tidak ada jalan. Sampai akhirya dia sudah meninggal baru helikopter bisa naik," ujar Waropen
Bagi Waropen, Patra adalah pahlawan kemanusiaan.
Baca Juga: Amankan Bandara Nduga, 1 Anggota Brimob Gugur Usai Terlibat Kontak Tembak dengan KKB Papua
Dia rela mendedikasikan hidupnya untuk kebaikan masyarakat di pedalaman Naikere tanpa banyak mengeluh dan menuntut.
Tindakan mulia yang justru selalu dihindari banyak petugas medis lainnya.
"Patra adalah pahlawan bagi masyarakat di pedalaman Mairasi (nama suku di pedalaman Naikere). Sementara kita anak-anak negeri ini banyak yang jadi Judas (murid yang mengkhianati Yesus)," kata Tomas Waropen.
(*)
Source | : | Facebook,Antara |
Penulis | : | Dewi Lusmawati |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar