"Kyai-kyai, ulama-ulama di Indonesia mau NU, MUI, itu rujukannya beliau (Mbah Moen). Ada urusan apa saja, itu rujukan yang ditanya terkahir kepada beliau," kata Marsyudi.
Marsyudi mengatakan Mbah Moen semasa hidupnya adalah sosok yang jembar atau lapang dada. Jembar perasaannya, jembar pemikirannya.
Ketika ada persoalan yang dihadapi para ulama dan para pengurus PBNU, Mbah Moen akan langsung memberikan solusi dan jalan keluar disertai contoh-contohnya.
Marsyudi lalu mengisahkan tentang sikap kebangsaan yang disampaikan oleh Mbah Moen ketika mereka datang bersilaturahmi.
"Almarhum menyampaikan, 'sudah Indonesia ini sudah Darussalam, negara damai kita tidak usah ganti-ganti sistem yang belum tentu baik, tinggal jalani saja, kalau kurang-kurang sedikit dibenerin. Inilah tempat lahir dan hidup kita, kita urusin, Insyaallah semuanya sudah mengikuti perintah Allah'. Begitu pesan beliau, enteng ringan tapi didengerin mantep di hati," kata Marsyudi mengulang pesan Mbah Moen.
Marsyudi pun mengatakan bahwa Mbah Moen kerap menjadi rujukan para ulama dan kiai haji apabila bingung soal situasi-situasi panas seperti perpolitikan.
"Selalu, kalau ada situasi panas, Mbah Moen jadi pintu terakhir untuk bertanya. Dan beliau aman mencarikan solusi dan contoh-contoh seperti yang dilakukan Rasulullah," pungkas Marsyudi.
Source | : | Twitter,ANTARA |
Penulis | : | Siti Nur Qasanah |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar