Laporan wartawan GridHot.ID, Dewi Lusmawati
GridHot.ID - Sejumlah mahasiswa Papua berunjuk rasa di Gedung Sate, Kota Bandung pada Kamis (22/8/2019) siang.
Massa unjuk tersebut tergabung dalam Ikatan Mahasiswa se-Tanah Papua dan Solidaritas Peduli Kemanusiaan.
Pada unjuk rasa yang digelar, para mahasiswa Papua tampak membawa dan membentangkan sejumlah spanduk dan karton berisikan tentang pengecaman tindakan rasisme.
Koordinator aksi, Kemelek Kosay mengatakan bahwa aksinya itu dilatarbelakangi oleh aksi rasisme yang terjadi kepada mahasiswa Papua di sejumlah wilayah beberapa waktu terakhir.
Di sela unjuk rasa, satu perempuan berseragam anggota polisi mengirimkan minuman keras dan beras ke asrama mahasiswa Papua.
Oleh penerima di asrama, barang-barang itu dikembalikan lagi ke polisi. Pengembalian barang dilakukan di lokasi unjuk rasa langsung pada wanita anggota polisi yang mengirim minuman keras tersebut.
Video pengembalian miras tersebut beredar di media sosial dan menjadi viral di Twitter.
Hal ini seperti dikutip GridHot.ID dari akun Twitter @habibmahyadiyahya yang mengunggah sebuah video pada 23 Agustus 2019.
"Jadi minuman ini cuma minuman segar saja yang ibu sampaikan untuk diberikan pada adik-adik, begitu. Coba liat, coba liat tidak ada...", ujar sang Polwan dengan pengeras suara dihadapan masa pendemo.
Lantas sejumlah orang menantang sang polwan untuk meminum miras tersebut.
"Ibu coba minum, coba minum...," teriak kerumunan.
"Iya, boleh ibu minum," lanjut wanita berseragam polwan tersebut seraya meminum sebotol miras yang ia bawa.
"Ini 19 persen, 19 persen," ujar seorang wanita dari balik kerumunan massa.
"Oke, boleh ya, ibu minum ya, ibu sebut dulu dalam nama tuhan Yesus ya, ibu tidak punya niat untuk menjatuhkan adik-adik dan lain sebagainya, tidak sama sekali. Tidak, sama sekali. Ibu hanya mau, mengajak adik-adik untuk segar, menjaga kondusifitas dalam aksi, itu saja. Tidak ada untuk menjatuhkan adik-adik. Kalau pasti, ibu akan dihukum sama tuhan, dihukum oleh pimpinan, ya adik-adik ya," ujar Polwan tersebut.
Salah seorang koordinator aksi lalu bertanya kenapa Polwan tersebut mengirimkan miras tersebut ke asrama, padahal penghuni asrama sedang melakukan aksi demo.
Belum sempat pertanyaan itu dijawab oleh sang polwan, relawan aksi demo yang lain menyatakan bahwa niat sang polwan mengirimkan miras ke asrama mahasiswa dianggap sebagai penghinaan.
"Kenapa kami bisa menyimpulkan ini sebuah penghinaan? Karena selama ini stigma masyarakat terhadap mahasiswa Papua, terhadap rakyat Papua adalah pemabuk. Dan ibu sudah memberikan dua dus alkohol," ujar salah seorang relawan aksi demo.
Viralnya video tersebut bahkan sampai mengundang komentar pimpinan Organisasi Papua Merdeka (OPM), Goliath Tabuni.
Hal ini seperti dikutip GridHot.ID dari akun Twitter @goliathtabuni yang mengunggah sebuah postingan pada 23 Agustus 2019.
"Mereka kolonial rasis Kaliàn fikir kami orang Papua pemabuk.
Kepercayaan sudah tidak ada di negara kolonial ini.
Hanya satu #PapuaMerdeka," tulis akun @goliathtabuni.
Sementara itu, dikutip dari Tribun Jabar, Kabid Humas Polda Jabar Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko memastikan pemberian dan pengiriman minuman keras ke asrama mahasiswa Papua oleh anggota polisi tidak mewakili Polri.
"Dapat dipastikan Polda Jabar saat ini memeriksa oknum polisi yang berikan minuman keras kepada warga Papua di Bandung dan bukan mewakili Polri, tapi pribadi yang bersangkutan,"ujar Trunoyudo Wisnu Andiko dalam keterangan tertulis pada Kamis (22/8/2019).
"Bidang Propam Polda Jabar telah menindaklanjuti untuk memeriksa anggota polisi tersebut dan akan melakukan proses penindakan kepada yang bersangkutan.Ia mendapatkan sanksi tegas secara prosedural sesuai kesalahannya," ujarnya.
Kapolda Jabar Irjen Rudy Sufahriadi sudah menegaskan Polda Jabar akan menjamin keamanan mahasiswa serta warga Papua dan Papua Barat di Jabar.
"Saya mengimbau kepada seluruh masyarakat Jabar, siapapun atau dari manapun saudara kita, harus diperlakukan sama. Itu saudara kita, mari kita hidup damai dan tenteram untuk menciptakan situasi kondusif di tanah Pasundan," ujar Rudy Sufahriadi belum lama ini.(*)