Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID - Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan menyelimuti beberapa wilayah di Indonesia.
Kalimantan, Sumatera, bahkan negara tetangga Malaysia juga ikut terkena kepulan asap dari bencana tersebut.
Bencana kebakaran hutan dan lahan ini pun menyebabkan dampak yang besar pada ekosistem alam dan makhluk hidup.
Salah satu dampak terbesar yang dirasakan adalah hancurnya ekosistem yang ada di dalam hutan dan kebun.
Bukan hanya para masyarakat, hewan yang berada di sekitar lokasi kebakaran juga terkena dampaknya.
Asap dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) juga berdampak pada kondisi orangutan (Pongo pygmaeus) yang mendiami beberapa wilayah di Kalimantan.
Melansir Antaranews.com, sebanyak 355 orangutan yang berada di pusat rehabilitasi Nyaru Menteng, Provinsi Kalimantan Tengah, terancam sakit akibat semakin pekatnya kabut asap beberapa pekan terakhir.
CEO Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) Jamartin Sihite melalui rilis yang dikirimkan ke sejumlah media di Palangkaraya, Rabu (18/9/2019), mengatakan bahwa 37 dari ratusan orangutan muda di Nyaru Menteng pun terindikasi telah terjangkit infeksi saluran pernapasan ringan.
Dia juga mengaku ada sekitar 80 hektar hutan gambut di wilayah kerja Yayasan BOS dilahap si jago merah.
Sebanyak 80 hektar yang terbakar itu tersebar di Sei Daha dekat Pusat Penelitian Tuanan seluas 20 hektar, dan 60 hektar di Sei Mantangai, Kabupaten Kapuas, Kalteng.
Meski begitu, Yayasan BOS di Program Konservasi Mawas bekerja sama dengan masyarakat sekitar dan tim di Pusat Penelitian Tuanan mengendalikan, mengisolasi, dan memadamkan kebakaran.
"Kondisi itu tidak mengendurkan semangat kami untuk terus bekerja melindungi orangutan Kalimantan dan habitatnya," ujar Jamartin.(*)