Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Jarang Diketahui, Sosok Ini Ternyata Jadi Jenderal Kepercayaan Bung Karno, Padahal Tak Jarang Mengabaikan Perintah Sang Proklamator

None - Senin, 30 September 2019 | 06:42
Presiden Soekarno (tengah) dan Wakil Presiden Mohammad Hatta (kiri) membuka Pekan Olahraga Angkatan Perang di Stadion Ikada Jakarta, September 1952. Hadir di panggung kehormatan Menteri Pertahanan Hamengku Buwono IX (kanan).
ARSIP HARIAN KOMPAS

Presiden Soekarno (tengah) dan Wakil Presiden Mohammad Hatta (kiri) membuka Pekan Olahraga Angkatan Perang di Stadion Ikada Jakarta, September 1952. Hadir di panggung kehormatan Menteri Pertahanan Hamengku Buwono IX (kanan).

GridHot.ID- Penanganan anggota PKI seharusnya dilakukan oleh aparat penegak hukum, tanpa melibatkan ormas-ormas sipil.

Bagaimanapun juga, mereka sebenarnya tidak memiliki wewenang untuk 'mengadili' warga yang diduga terlibat Gestapu.

Meski dilakukan tanpa izin dan perintah Bung Karno, namun inisiatif Soeharto dianggap sebagai langkah tepat karena disebut sukses menghindarkan negara dari komunisme meskipun dalam penanganan terhadap orang-orang yang dituduh terlibat PKI menjadi tidak terkendali.

Baca Juga:Mampu Wariskan Gurita Bisnis ke Anak Cucunya, Eka Tjipta Widjaja, Mendiang Bos Sinar Mas Ini Nyatanya Hanya Lulusan Sekolah Dasar

Inisiatif Soeharto untuk bertindak tegas dengan cara 'mengabaikan' Bung Karno ternyata tidak hanya dilakukan saat G30S meletus tapi juga ketika menangani konflik Indonesia-Malaysia dalam Operasi Dwikora.

Pada pertengahan tahun 1964 konfrontasi Indonesia-Malaysia makin memuncak apalagi setelah pasukan TNI AU menerjukan sekitar 100 pasukan ke wilayah Labis dan Johor nyaris menyulut aksi balasan besar-besaran yang akan dilancarkan oleh Angkatan Udara dan Angkatan Laut Inggris ke wilayah Indonesia, khususnya Jakarta.

Jika pesawat-pesawat tempur RAF yang berpangkalan di Singapura sampai menyerang Jakarta, konflik Indonesia-Malaysia pasti berubah menjadi kondisi yang sangat merugikan Indonesia.

Baca Juga:Rela Dimadu Mendiang Ustaz Arifin Ilham Hingga 2 Kali, Inilah Permintaan Istri Pertama, Wahyuni Al-Waly Sebelum Dipoligami Almarhum Suami

Demi mengatasi hal terburuk itu, Mayor Benny Meordani yang sedang bertempur di Kalimantan Utara pun dipanggil pulang ke Jakarta pada Agustus 1964.

Untuk pulang ke Jakarta dari pedalaman Kalimantan bukan hal yang mudah bagi Benny.

Ia harus berjalan kaki selama empat hari ke kawasan Long Sembiling, lalu melewati belasan jeram sebelum mencapai sungai besar yang menjadi sarana transportasi utama di Kalimantan.

Baca Juga:Jatuhkan Talak Usai Istri Ketahuan Selingkuh dengan Politisi, Gusti Randa Tetap Memilih Rujuk Lantaran Hal Ini, Cintanya Diuji Berkali-kali

Source :Intisari Online

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x