Pasalnya, hingga kini Indonesia memang belum memiliki persenjataan antirudal seperti yang dimiliki oleh Singapura, yakni Aster-30 buatan Prancis, Barak 1 dan Iron Dome buatan Israel, dan lainnya.
Pelajaran dari Perang Teluk, Perang Suriah, dan juga peperangan di Afganistan menunjukkan bahwa negara yang tidak memiliki pertahanan sistem rudal akan kewalahan ketika mendapat gempuran rudal dalam jumlah besar.
Sebab, serangan menggunakan rudal merupakan penerapan peperangan asimetris, di mana pihak penyerang melakukan serangan dari jarak jauh ke target musuh dan tanpa terdektesi keberadaannya.
Jika pihak yang diserang tidak memiliki rudal balistik untuk membalasnya, maka persenjataan dan pasukan yang terlatih di negara yang menjadi target gempuran rudal hanya akan menjadi korban tanpa bisa melakukan serangan balasan.
Oleh karena itu, seandainya Indonesia sampai digempur rudal balistik oleh musuh, Indonesia akan menjadi negara yang benar-benar tidak berdaya karena sama sekali tidak memiliki pertahanan antirudal.
Ketika Presiden Joko Widodo berkunjung ke Rusia pada bulan Mei 2016 untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin, ketertarikan Indonesia untuk memiliki persenjataan antirudal buatan Rusia sebenarnya sudah disampaikan.
Source | : | Intisari Online |
Penulis | : | None |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar