Namun demikian, dilansir dari Intisari Online, kode etik itu ternyata tidak berlaku bagi para sniper di kalangan militer Israel yang telah dididik 'secara gila dan tanpa mengenal belas kasihan'.
Sebab, para sniper Israel justru dilatih dan didoktrin untuk membunuh wanita dan anak-anak, khususnya warga Palestina, meski wanita yang bersangkutan sedang hamil.
Para sniper Israel yang telah lulus pendidikan dari Sekolah Sniper bahkan dengan 'bangga' mengenakan kaos bergambar wanita dan anak-anak yang sedang dibidik oleh teleskop senapan sniper.
Maka, terkait terbunuhnya relawan medis Palestina Razan AL Najjar di Jalur Gaza, oleh para sniper Israel, tindakan keji itu merupakan 'hal biasa' karena wanita dan anak-anak merupakan target potensial mereka.
Dalam konflik di Bosnia pada tahun 2000an, para sniper pasukan Serbia juga mengincar sasaran wanita dan anak-anak dengan tujuan untuk menimbulkan teror di tengah masyarakat.
Para sniper yang mengincar target berupa wanita dan anak-anak yang tidak bersenjata jelas telah menjadi para pembunuh psikopat dan melanggar hukum perang seperti telah ditetapkan dalam Konvesi Jeneva.
Jika berhasil ditangkap dan diadili di Mahkamah Internasional, Belanda, para sniper psikopat bisa dipastikan mendapat hukuman seumur hidup hingga hukuman mati.
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul "Dilatih dan Didoktrin untuk Membunuh Wanita Hamil serta Anak-Anak, Sniper Israel Menembak Sasaran Wanita Tak Bersenjata Merupakan Hal Biasa"
(*)