Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Mata Hari, Wanita Berdarah Jawa Agen Mata-mata Prancis dan Jerman, Mati Tragis Dihadapan Regu Tembak Usai Divonis Pengadilan Militer

None - Rabu, 11 Desember 2019 | 12:42
Kisah Mata Hari
biography.com

Kisah Mata Hari

GridHot.ID - Kisah mengenai Mata Hari pernah ditulis olehRemy Sylado dengan judul Namaku Mata Hari.

Bernama asli Margaretha Zelle, Mata Hari lahir dari pasangan pembuat topi asal Belanda, Adam Zelle dan istri seorang keturunan Belanda-Jawa,Antje van der Meulen, pada 1876.

Sayang pada awal kisah romansanya, Dia bertemu dengan Rudolf MacLeod—Kapten di Hindia Belanda (Indonesia) yang kerap berselingkuh dan menyiksanya.

Baca Juga: Diklaim Lebih Hebat dari Milik Amerika, Rudal S-400 Bikinan Rusia Berhasil Buat Negara Paman Sam Kelimpungan, Sampai Tebar Ancaman Pada Negara Lain yang Berniat Membelinya

Dari MacLeod, ia memiliki dua anak, satu lelaki dan satu perempuan. Si sulung lelaki, yang lahir dengan kekurangan fisik, tidak berumur panjang. Sementara si bungsu dititipkan pada pihak keluarga pasca-perceraian kedua orangtuanya.

Margaretha kemudian menuju Paris, mengubah nama menjadi "Mata Hari". Bahasa yang tentu asing bagi warga setempat, namun menambah kesan misterius dari tari panggungnya.

Selama beberapa tahun, Mata Hari menjadi selebriti di kota tersebut sebagai penari eksotis. Hingga jatuhlah Perang Dunia I pada 1914.

Baca Juga: Hadirnya Su-35 di Jajaran TNI AU Dipercaya Mampu Menciptakan Efek Gentar Bagi Negara-negara Asing, Kekuatan Udara Indonesia Tak Lagi Bisa Diremehkan

Pecahnya PD I disambut warga Eropa dengan bergembira, bukannya takut. Hal ini terlihat dari perayaan yang dilakukan di beberapa negara di Benua Biru tersebut setelah perang diumumkan. Sikap ini muncul karena didorong sikap nasionalistik, mereka mengira perang akan berlangsung singkat dan mengalami kejayaan.

Dalam True Spy Stories karangan Paul Dowswell dan Fergus Fleming, Mata Hari dikatakan bosan dengan kondisi perang. Sebabnya, selama dua tahun, ia tidak bisa bebas melakukan apa-apa. Hanya diam di rumahnya di Belanda sebagai tempat netral.

Hingga akhirnya munculah Karl Kramer, atase pers Konsulat Jerman di Belanda. Kramer meminta Mata Hari kembali ke Paris, Prancis, negara yang tidak lain adalah musuh Jerman. Mata Hari diminta menggunakan semua daya pikatnya untuk berbaur kembali dengan para orang berpengaruh di sana.

Baca Juga: Dapat Sambutan Meriah Kala Mengisi Kuliah Umum di Norwegia, Susi Pudjiastuti Paparkan Perjalannya di KKP yang Tak Mudah, Akui Banyak Mendapat Halangan dari Orang Pemerintahan Sendiri

Source : National Geographic

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x