Pasukan Irak yang bergerak di selatan pasukan Suriah, bertujuan mencapai pantai Laut Tengah sehingga memotong Israel menjadi dua.
Dalam perang Timur Tengah yang pertama ini, pasukan Israel memiliki keuntungan karena mereka berada dalam satu komando, sedangkan pasukan negara-negara Arab memiliki komando sendiri-sendiri.
Kalau pun ada koordinasi, sifatnya minim sekali. Pada hari pertama perang, Tel Aviv yang dijadikan ibukota Israel dibom pesawat Mesir, sehingga pidato radio Ben-Gurion untuk menjelaskan mengapa negara Israel diproklamirkan menjadi terputus-putus.
Pasukan Suriah gagal mencapai sasaran awal merebut dua desa di Lembah Yordan, namun mereka berhasil menguasai Mishmar Hayarden meskipun menghadapi perlawanan sengit.
Pasukan Irak yang terdiri dari dua brigade infanteri dengan dukungan satuan lapis baja, berhasil mendekati kota Natanya di pantai Laut Tengah.
Namun sebelum mereka sempat memotong Israel menjadi dua, gerakan tentara Irak ini dapat dihentikan oleh pasukan Palmach Israel yang bertahan mati-matian.
Pertempuran hebat terjadi di seantero wilayah, termasuk Yerusalem dan sekitarnya. Upaya Israel untuk merebut kota lama Yerusalem digagalkan oleh pasukan Legiun Arab.
PBB segera berusaha melerai peperangan ini dengan menunjuk penengah/mediator, Count Bernadotte dari Swedia.
Namun setiap kali perhentian permusuhan tercapai, maka sifatnya selalu sementara karena setiap kali pula perang berkecamuk lagi.