"Jadi bagaimanapun Jokowi ingin di ujung kekuasaannya ingin memperlihatkan semacam otensesitas dalam dirinya dengan menjadi aktor politik dengan mengumpulkan peralatan politik baru," pungkasnya.
Peralatan politik baru itu diperlihatkan secara langsung sebagai upaya untuk menghindar dari pengaruh bayang-bayang, bukan sekedar bayang-bayang instruksi dari Teuku Umar.Pada kesempatan itu, Rocky turut mengomentari soal Pemilihan Ketua Umum Partai Golkar yang belum lama berlangsung.
Baca Juga: Masih Bujang Diusia 60 Tahun, Rocky Gerung: Perkawinan Itu Indah Sebagai Fiksi, Buruk Sebagai Fakta
Pada pemilihan tersebut, Airlangga Hartarto ditetapkan sebagai Ketua Umum.
Rocky menilai, terpilihnya Airlangga Hartarto menjadi Ketum merupakan tanda pecahnya hubungan politik antara Jokowi dengan Megawati.
"Sebagai indikasi kita sebut saja retak kongsinya dan potensi pecah itu pasti terjadi jelang 2024," ujar Rocky.
Rocky mengatakan bahwa Jokowi terlihat seperti ingin membangun warisan politik setelah dirinya tidak menjadi seorang presiden.
"Kan kita membaca bahasa tubuh Ibu Mega, bahasa tubuh Pak Jokowi jadi boleh disebut bahwa Joko Widodo ingin ada legacy (warisan) yang dia tinggalkan, jadi dia musti bikin oligarki baru," ungkapnya.
Pengamat politik asal Manado itu menilai membangun kekuatan politik adalah dengan cara menginteversi Partai Golkar.