Contoh lain, masih segar dalam ingatan saat kirab jumenengan (penobatan) Sri Sultan Hamengku Buwono X tahun 1989.
GBPH Yudhaningrat, pengawal iring iringan kereta Hamengku Buwono X, merasa melihat putri cantik tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam kereta Garudayaksa dan duduk di samping Sri Sultan.
Berbarengan dengan itu, kuda Yudhaningrat melonjak kaget menyebabkan penunggangnya terjatuh. Peristiwa itu terjadi di sebelah utara alun-alun Keraton Yogya.
Siapa lagi putri cantik itu kalau bukan Nyai Roro Kidul yang saat itu diributkan koran-koran setempat, ikut mendampingi Sri Sultan berkirab.
Contoh di atas adalah bukti kecil dari sekian banyak bukti yang pernah tersebar tentang keberadaan ratu demit segoro kidul.
Tokoh ini memang membingungkan sekali, kalau sedang baik hati dia mau memperlihatkan diri, cuma kalau lagi murka bisa menyeret manusia ke dasar samudera.
"Biasanya orang yang jadi korban, kaum muda yang kemendel atau sok jagoan, berteriak menantang supaya kanjeng Ratu Kidul itu memperlihatkan dirinya," ujar Harno Sutopo, penduduk Pantai Parangtritis, Yogya.
Menurut Harno, Parangtritis itu pintu gerbang keraton laut selatan, maka berlakulah yang wajar-wajar saja.
Jangan berteriak-teriak menantang, jangan pula berpakaian warna hijau pupus.