"Kunjungan ke AS saya tidak datang hanya untuk minta Generalized System of Preferences (GSP), tetapi kami mulai dengan pertemuan dengan Boeing melalui support airlines Lion Air," kata Enggar, Senin (6/8).
Hal itu juga didengar oleh pihak Boeing dan apabila diloloskan maka biaya produksi pesawatnya juga akan terpengaruh.
Bukan itu saja, Enggar juga menyebutkan syarat lainnya, yakni Boeing harus menggunakan bahan bakar Bioavtur yang bahan dasarnya dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS).
"Boeing basically mau dan bisa menerima itu, dan akan didiskusikan secara internal," kata Enggar.
Sekali lagi jika kesepakatan tercapai maka ini adalah momentum baik bagi kedua negara yang bisa menjadi potensi kerjasama skala besar.
Belum diketahui rincian terdiri dari jenis apa saja rencana memesan 2.500 unit pesawat dari Boeing tersebut, sebab Indonesia memang membutuhkan tambahan pesawat baik sipil dan non-sipil.
Artikel ini telah tayang di Grid.ID dengan judul Kaya, Indonesia Berencana Pesan 2.500 Unit Pesawat Terbang Ke Manufaktur Dirgantara Boeing Amerika Serikat.
(*)