Ada kekhawatiran jika Amerika, setelah melepaskan gelombang rudal, mau melakukan apapun ketika kesulitan sedang terjadi di negara musuh mereka.
Arab Saudi tahu, di akhir musim panas lalu, jika mereka tidak bisa selalu bergantung pada komitmen Amerika.
Lebih-lebih, saat serangan misil dan drone dilakukan pada fasilitas tambang minyak untuk bertujuan mengurangi produksi minyak Arab Saudi.
Baca Juga: Ngomong Langsung di Depan Orangnya, Najwa Shihab Sentil Syahrini: Sudah Seperti Ratu Sejagat!
Trump dengan cepat menyalahkan Iran atas serangan tersebut, tetapi tidak ada respon militer Amerika, sama halnya dengan tidak ada serangan dari kerajaan Arab Saudi dari Yaman.
Ahli sosiologi dan politik Arab Saudi Khalid a-Dakhil menyatakan, Arab Saudi dan negara di teluk Gulf tidak mau memusuhi Iran, karena situasi yang sangat rentan di wilayah Timur Tengah dan tidak ingin memberi percikan api pada bara yang masih panas.
Analis keamanan Inggris Robert Emerson mengatakan sangat jelas mengapa kehati-hatian sangat diperlukan. "Kamu tidak tahu apakah Trump hanya akan memantik api lalu menghilang," ujarnya.
"Arab Saudi sangat patut untuk khawatir. Perbincangan mengenai negosiasi Arab dan Iran merupakan topik panas, detail ke depannya akan segera mencuat."
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Mengapa Saat Diserang AS Qasem Soleimani Justru Berada di Baghdad? Jawabannya Membuat Banyak Orang Terkesiap, Krisis Iran Lebih Rumit Dari Dugaan Semua Orang Termasuk Anda.
(*)