Gridhot.ID -Pembaharuan alutsista untuk pertahanan Indonesia terus diusulkan oleh menteri Pertahanan, Prabowo Subianto.
Menhan akan terus memperkuat alutsista dengan belanja mesin perang dari negara-negara maju.
Belakangan ini dikabarkan Prabowo Subianto berencana untuk membeli jet tempur Sukhoi Su-35 keluaran Rusia.
Tak tanggung-tanggung, setidaknya ada 11 unit pesawat yang hendak diboyong guna menjaga ruang udara Indonesia.
Sukhoi Su-35 (dengan kode NATO: Flanker-E) disebut sebagai jet tempur generasi keempat superior keluaran Rusia.
Klaim itu setidaknya bertahan hingga Rusia berhasil memproduksi jet siluman PAK-FA generasi kelima.
Pesawat tempur andalan Rusia ini disebut punya kemampuan manuver yang tak tertandingi.
Tak hanya itu, persenjataan dan teknologi su-35 hampir setara dengan jet tempur Amerika, F-15 Eagle.
Dengan kelengkapan tersebut, bisa menjadikan Su-35 sebagai musuh utama yang mematikan bagi F-15.
Meski begitu, tetap saja ketangkasannya akan dipertanyakan untuk menyaingi jet tempur siluman generasi kelima seperti F-22 dan F-35.
Sejarah
Su-35 merupakan evolusi dari Su-27 Flanker yang mengejutkan penonton Paris Air Show pada tahun 1989.
Sejarah perkembangan Su-35 sedikit rumit.
Upgrade Flanker dengan kanard (tambahan sayap kecil di pesawat depan) yang disebut Su-35 pertama kali muncul pada tahun 1989.
Tetapi bukan pesawat yang sama dengan model saat ini, hanya lima belas yang diproduksi.
Model saat ini tidak memiliki kanard disebut sebagai Su-35S dan merupakan tipe keluarga Flanker yang paling maju.
Persenjataan
Su-35 memiliki dua belas hingga empat belas cantelan senjata.
Pada jarak jauh, Su-35 dapat menggunakan rudal-rudal yang dipandu K-77M (dikenal oleh NATO sebagai AA-12 Adder), yang diklaim memiliki jangkauan lebih dari 193km.
Untuk pertarungan jarak pendek, R-74 memiliki jangkauan lebih dari 40km, dan juga menggunakan teknologi dorong-vektor.
Rudal R-27 jarak menengah dan R-37 jarak jauh tambahan melengkapi pilihan rudal serangan udara Su-35.
Selain itu, Su-35 dipersenjatai dengan meriam tiga puluh milimeter dengan 150 putaran untuk memberondong atau dogfighting.
Flanker-E juga dapat membawa hingga tujuh belas ribu pon amunisi udara ke darat.
Secara historis, Rusia hanya menggunakan sedikit penggunaan amunisi berpemandu presisi (PGMs) dibandingkan dengan angkatan udara Barat.
Sensor dan Avionik
Perbaikan paling penting Su-35 atas pendahulunya mungkin dalam perangkat keras.
Hal ini dilengkapi dengan sistem penanggulangan elektronik Khiliny L175M yang kuat yang dimaksudkan untuk mendistorsi gelombang radar dan misil rudal.
Rangkaian radar pasif elektronik (PESA) radar IRBIS-E milik Su-35 diharapkan dapat bekerja baik melawan jet siluman.
Bahkan, menggunakan radarnya Su-35 diklaim mampu melacak hingga 30 target udara dalam jangkauan dari tiga sampai 402km.
Namun, radar PESA lebih mudah dideteksi dan macet daripada radar Active Electronically Scan Array (AESA) yang sekarang digunakan oleh jettempur Barat.
IRBIS juga memiliki mode udara ke daratan yang dapat menunjuk 4 target di permukaan tanah saat menggunakan amunisi berpemandu presisi.
Selain itu, sistem biasa namun penting seperti tampilan multi-fungsi dan avionik fly-by-wire juga telah diperbarui secara signifikan.
Saat ini, Angkatan Udara Rusia hanya mengoperasikan empat puluh delapan Su-35.
Cina telah memesan dua puluh empat Su-35 dan Indonesia juga terindikasi ingin membeli delapan tahun ini, meskipun penandatanganan kontrak telah berulang kali ditunda.
Untuk biayanya sendiri diperkirakan berkisar antara $ 40 juta dan $ 65 juta.
Namun, kontrak ekspor telah berada di atas harga $ 80 juta per unit.
Melawan Generasi Kelima
Su-35 yang hampir setara dengan jet tempur Barat, pertanyaannya adalah: seberapa tangkas ia melawan jet siluman generasi kelima seperti F-22 atau F-35?
Kemampuan manuver Su-35 membuatnya menjadi dogfighter yang tak tertandingi.
Namun, bentrokan udara di masa depan menggunakan rudal terbaru (R-77, Meteor, AIM-120) dapat berpotensi terjadi pada rentang yang sangat besar.
Sementara bahkan pertempuran jarak pendek mungkin melibatkan semua aspek rudal seperti AIM-9X dan R-74 yang tidak perlu mengarahkan pesawat ke target.
Meskipun demikian, kecepatan Su-35 (yang berkontribusi terhadap kecepatan rudal) dan kemampuan membawa beban yang besar berarti ia bisa menahan sendiri dalam pertempuran jarak jauh.
Sementara itu, kelincahan Flanker-E dan penanggulangan elektronik dapat membantu menghindari rudal lawan.
Kita tidak tahu seberapa tangkas teknologi jet siluman melawan Sukhoi berteknologi tinggi seperti ini.
Sudah pasti, jet siluman F-35 yang melakukan duel jarak pendek dengan Flanker-E akan berada dalam masalah besar. (*)
Artikel ini telah tayang di Suar.ID dengan judul "Sebentar Lagi Jadi Milik Indonesia, Ternyata Pesawat Jenis Inilah yang Harus Ditakuti Angkatan Udara Amerika, Mengerikan untuk Perang Jarak Pendek"