Selama pengembaraan tersebut Herlina bertemu dengan wanita Irian Barat pertama, istri penunjuk jalan mereka, Domingus.
Herlina masih terkesan bila dia mengenang pengalaman mereka bersama.
"Kami mandi sama-sama di sungai, jalan bersama-sama." Ibu Domingus malah juga dia buatkan pakaian baru. "Padahal saya jarang memegang jarum dan benang."
Tentunya bukan dari bahan baru, hanya rok lama yang dipermak. Herlina masih geli kalau teringat akan hasil kerjanya. "Rupanya, jangan ditanya."
Suatu hari Domingus datang menghadap. Apa gerangan yang dikehendaki?
"Ibu," katanya "... apakah rambut istri saya tak dapat dipotong seperti Ibu?"
Sungguh suatu permintaan yang sangat sukar. Pertama, karena rambutnya lebih keriting. Kedua, Herlina tidak pernah mengikuti kursus menata rambut.
Namun dia tak mau mengecewakan harapan Domingus.
Keesokan harinya mereka bersama menuju ke sungai untuk mencuci rambut dulu, seperti dalam salon benar-benar. Sesudah agak terurai, rambut istri Domingus dipotong model poni.
"Saya tak berani memotong lebih dari itu. Takut menyalahi adat kebiasaan."