“Zidan melihat ada yang keseret banjir, ada pula yang berhasil pegangan batu dan naik ke atasnya. Ya, sekitar 7 sampai 10 orang ada di atas batu besar,” ucap Yuni menirukan cerita Zidan.
Warga sekitar langsung turun memberikan bantuan. Zidan pun ikut serta memberi pertolongan kepada teman-temannya.
Dia mengambil bambu untuk menggapai rekan-rekannya yang berada di atas batu. Sedangkan untuk teman yang terseret banjir, tak banyak yang bisa dilakukan remaja kelas 7 ini.
“Tebing di sungai itu sekitar 2 meteran kurang lebihnya. Waktu itu di barisan depan banyak yang (peserta) ceweknya,” lanjut dia.
Penyintas lain, Salma Kusuma Haryani, sempat berjuang di antara tubir maut.
Saat itu dia berada di tengah barisan peserta susur sungai.
Setelah berjalan sekitar 30 menit, tiba-tiba ada banjir besar datang dari utara.
Tak banyak yang bisa diperbuat siswi kelas 7 ini karena air datang dengan cepatnya.
“Sempat mau menyelamatkan diri tapi enggak bisa,” kata Salma mengisahkan kepada reporter Tribun Jogja, semalam.
“Keseret air saya. Mau pegangan batu juga enggak bisa-bisa. Akhirnya bisa megang tangan kakak DP (dewan penggalang). Sempat minum banyak air juga.”
Begitu pula yang dirasakan Muhammad Wahid Reihan Saputra.
Kondisi mengibakan dirasakan saat dia mendengar teriakan permintaan tolong dari teman-temannya.
Dia sendiri pun terseret arus banjir tersebut.
“Saya sempat lihat teman-teman yang terseret air itu,” ucap warga Sukodono, Donokerto, Turi ini lirih.
Syahdan, mereka yang bisa diangkat dari air dan dalam kondisi sadar langsung dibawa ke tempat yang lebih tinggi.
Salma dan beberapa rekan lainnya menderita luka-luka lecet di beberapa bagian tubuh. Terutama di kaki.
Namun, dia harus kehilangan sejumlah temannya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul TRAGEDI SUSUR SUNGAI DI SLEMAN: Khoirunnisa Dimakamkan Tepat di Hari Ulang Tahunnya.
(*)
Source | : | Tribun Jogja |
Penulis | : | None |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar