Ahli astrobiologi tersebut adalah pendukung panspermia, teori bahwa ada kehidupan melintasi alam semesta, termasuk partikel yang dibawa meteor, komet dan debu dari ruang angkasa.
Batu luar angkasa yang dilaporkan bersinar sangat terang itu membuat langit malam terlihat sangat terang, diperkirakan hancur di atmosfer.
"Kami mempertimbangkan kemungkinan yang tampak, bahwa ratusan triliun partikel virus infeksi dilepaskan dalam debu kabon halus," tambahnya.
Untuk mendukung teori ini, dia menyoroti aspek bahwa wabah Covid-19 terjadi di wilayah yang sama di mana bola api tersebut terlihat.
Dia menambahkan, bahwa meteor berisi tertanam di dalamnya, monokultur partikel virus invektif 2019-nCoV yang bertahan di bagian dalam meteor pijar.
Meski demikian, klaim yang dibuat oleh Profesor Chandra Wickramasinghe ditolak oleh komunitas ilmuah.
"Bukti paling meyakinkan bahwa SARS-CoV-2 tidak berasal dari meteorit, adalah bahwa sangat erat kaitannya dengan virus corona lain yang diketahui," ujar Dominis Sparkes, dari Univesity of London.
"Ini terkait dengan virus SARS yang mewabah tahun 2000-an dan virus MERS yang masih muncul hingga saat ini," jelasnya.