Gridhot.ID - Sempat beredar kabar mengenai seorang perawat yang diusir dari kediamannya gara-gara bekerja di rumah sakit yang tangani pasien Corona.
Direktur Utama RSUP Persahabatan dr Rita Rogayah langsung menjelaskan insiden diusirnya seorang perawat yang bertugas di rumah sakit yang dipimpinnya.
Rita menyatakan, sebenarnya perawat tersebut bukan diusir oleh masyarakat, melainkan pergi atas keinginannya sendiri, lantaran tak tahan terhadap stigma sebagai pembawa virus atau carrier.
"Jadi sebetulnya mereka bukan diusir, tapi mereka tidak nyaman karena ada stigma."
"Mereka bekerja di RSUP Persahabatan, sebagai rumah sakit infeksi."
"Sehingga mereka kalau kembali ke rumah merasa sepertinya mereka menularkan penyakit Covid-19 dan membawa virus ke rumah," ungkap Rita di lokasi, Rabu (25/3/2020).
Stigma masyarakat tersebut membuat perawat itu sedih, sehingga ia memilih tidur di rumah sakit selama tiga hari sejak pergi dari rumah indekos, Minggu (23/2/2020) lalu.
"Lingkungan itu menstigma mereka itu membawa penyakit gitu."
"Jadi sebetulnya mereka bukan diusir, tapi merasa merasa tidaknya nyaman, karena lingkungan menganggap karna mereka bekerja di rumah sakit infeksi."
"Mereka nanti bisa bisa membawa virus nih pulang," beber Rita.
Sebelumnya, Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia Harif Fadhilah mengatakan, seorang perawat RSUP Persahabatan diusir dari tempat tinggalnya.
Lantaran, masyarakat sekitar mengetahui rumah sakit itu dijadikan rujukan penanganan Covid-19
"Laporan dari orang yang bersangkutan melalui organisasi setempat sampai ke kita."
"Perhimpunan perawat juga, tapi di Jaktim. Ditolak di kosnya," ucap Haeif saat dikonfirmasi, Rabu (25/3/2020).
Perawat tersebut tinggal di sekitar RSUP Persahabatan.
Ia tak diperbolehkan pulang pada Minggu (22/3/2020) lalu. Sejak ditolak, ia terpaksa tidur di RSUP Persahabatan.
Saat ini, Hanif menyatakan pihak RSUP Persahabatan tengah berusaha mencarikan tempat tinggal bagi perawat tersebut.
"Pertama kita mendengar ada upaya dari RSUP sedang mencarikan tempat."
"Sekarang saya coba hubungi PPNI daerah untuk advokasi ini," ujarnya.
Hanif belum mengetahui secara pasti apakah kejadian tersebut juga menimpa perawat di daerah lain.
Ia pun menyayangkan sikap masyarakat yang dinilainya terlalu berlebihan memperlakukan para perawat yang saat ini bertugas melawan Covid-19.
Sesalkan Sikap Masyarakat
Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia Harif Fadhilah menyesalkan insiden pengusiran perawat RSUP Persahabatan dari tempat tinggalnya.
Hanif menilai masyarakat yang tinggal di sekitar indekos perawat tersebut, terlalu reaktif dan berlebihan menanggapi isu penyebaran wabah Virus Corona.
"Saya kira terlalu ekstrem kalau kondisinya seperti itu," ujar Hanif saat dikonfirmasi, Rabu (25/3/2020).
Padahal, para perawat mengetahui betul hal-hal yang harus dilakukan untuk mengantisipasi penularan Covid-19.
Sehingga, masyarakat tak perlu cemas tertular oleh perawat itu.
"Jangankan pada orang lain, pada dirinya saja dia harus bisa mencegah segala kemungkinan terburuk."
"Terlalu berlebihan kalau seperti itu," katanya.
Bahkan, sambung Hanif, masyarakat sekitar harusnya merasa beruntung.
Karena, bisa menanyakan langsung informasi mengenai wabah Virus Corona kepada perawat yang bertugas di gugus depan saat menangani pasien.
"Justru sebenarnya masyarakat harus merasa beruntung ada perawat tinggal dekat tempatnya."
"Mereka lebih tahu karakteristik Covid dibandingkan masyarakat awam."
"Mereka bisa jadi tempat bertanya dan konsultasi," papar Hanif.
Saat ini, pihak rumah sakit tengah mengupayakan untuk mencarikan tempat tinggal baru untuk perawat tersebut, setelah tiga hari tidur di RSUP Persahabatan.
Sebelumnya Wartakotalive memberitakan, tenaga kesehatan di RS Persahabatan, yang menjadi rumah sakit rujukan nasional penanganan COVID-19, ada yang mendapat perlakuan tidak menyenangkan.
Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia Harif Fadhillah menjelaskan, ada perawat dan tenaga kesehatan yang diusir dari indekosnya, karena ditakutkan menularkan virus.
"Sejak tahu RS Persahabatan rujukan nasional COVID-19, walaupun perawat tidak menangani COVID-19."
"Bukan bekerja di ruang isolasinya, mereka diminta tidak kos di situ," ungkapHarif kepada Tribunnews, Selasa (24/3/2020).
Laporan terkait adanya perawat yang diusir dari indekosnya itu diterima pihak Persatuan Perawat Nasional sejak Minggu 2 Maret 2020 lalu.
Saat ini perawat yang diusir dari indekosnya itu, sementara waktu terpaksa mengungsi di RS Persahabatan.
"Sehingga perawat dan dokter itu sekarang yang saya dapat informasinya, dan sudah saya tanya kembali mereka sedang menginap di rumah sakit," ucap Harif.
Harif menyebutkan, pihak rumah sakit sedang berkoordinasi mencari tempat tinggal yang layak untuk perawat yang diusir.
"Sementara ini pihak rumah sakit sedang mencarikan tempat ya," jelas Harif.
Selain dari lingkungan tempat tinggal, ada beberapa stigma negatif lainnya yang diterima perawat terkait COVID-19.
Misalnya, sulit mendapatkan perawatan maupun stigma negatif dari keluarga.
Namun, Harif mengatakan itu baru kabar mulut ke mulut saja, ia harus melakukan konfirmasi lebih detail lagi.
"Saya sedang konfirmasi misalnya perawat yang satu ruangan dengan perawat yang positif berobat ke rumah sakit lain, enggan diterima."
"Menerima stigma dari tenaga kesehatan, dan ada anak dan suami yang merasa khawatir."
"Tapi saya masih konfirmasi, tapi kalau RS Persahabatan sudah betul ada," beber Harif.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul BUKAN Diusir dari Indekos, Dirut RSUP Persahabatan Sebut Perawatnya Pergi karena Tak Nyaman Distigma.
(*)