Ia juga meminta rakyat di zona merah Covid-19 untuk taat imbauan pemerintah.
"Anda tinggal dulu cuman sementara. Kalau kata pemerintah sekarang, jangan dulu ke masjid, itu bukan artinya dilarang sholat. Sholat di tempat masing-masing dulu. Khawatir menular, diam di rumah dulu," kata petani tersebut.
Dengan emosional, sekali lagi, petani itu mengingatkan warga di perantauan khususnya Jakarta untuk tidak balik kampung.
"Kenapa? Kalau kelak nanti menyebar ke para petani, kalau kami semua mati di sini, siapa yang akan bertani, menanam padi?" ungkapnya.
Terlebih selama ini, para petani di desa bekerja keras memenuhi kebutuhan pangan untuk Nusantara, tak terkecuali bagi mereka yang hidup di kota-kota besar.
"Kami kalau kena wabah seperti ini mungkin nanti tidak bisa kerja. Mengolah lahan, meyediakan bahan makanan, ini semua kan untuk kebutuhan orang kota," lanjutnya.
"Di kota juga kalau uang melimpah, tidak ada bahan hasil tanam, apa yang mau dibeli? Tidak enak makan duit. Apa boleh buat, diam dulu di rumah, ya," tandas petani tersebut.
Pesan petani di desa itu jelas mengharukan, menyiratkan kekhawatiran penduduk desa terkait mewabahnya virus corona.
Terlebih, petani dan nelayan dianggap sebagai harapan dalam menjaga kedaulatan pangan Indonesia ditengah pandemi virus corona.
Pelaksana Tugas Menteri Perhubungan Luhut Binsar Panjaitan seusai rapat terbatas pada Kamis (2/4) lalu juga menegaskan, mudik di waktu seperti ini akan membahayakan nyawa banyak orang.