Satelit itu "mengorbit bumi pada ketinggian 425 kilometer," kata situs web itu.
"Tindakan ini akan menjadi (hal) sukses besar dan perkembangan baru di bidang ruang angkasa untuk negara Islam Iran," tambah keterangan situs tersebut.
Operasi itu terjadi lebih dari dua bulan setelah diluncurkan Iran namun gagal untuk mengorbit satelit lain yang menurut keterangan dari Iran tidak memiliki tujuan militer.
Peluncuran satelit gagal pada dua bulan sebelumnya yakni pada 9 Februari dinamakan Zafar yang bermakna 'kemenangan' dalam bahasa Persia.
Tadinya ditujukan sebelum peringatan ke-41 Revolusi Islam Iran.
Musuh bebuyutan Iran dan Amerika Serikat tampaknya berada di ambang konfrontasi habis-habisan dua kali dalam setahun terakhir.
Baca Juga: Lantang Bongkar Kejahatan Terbaru Presiden Amerika, Iran: Trump Lebih Berbahaya dari Corona!
Pertikaian lama antara Teheran dan Washington diperburuk pada 2018 ketika Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan yang membekukan program nuklir Iran, sebelum mengeluarkan tuntutan baru bahwa Teheran membatasi pengembangan rudal balistiknya.
Ketegangan meningkat sejak AS membunuh Mayor Jenderal Qasem Soleimani, kepala unit operasi asing Garda, Pasukan Quds, dalam serangan pesawat tak berawak pada Januari silam.
Washington juga telah menyuarakan keprihatinan pada masa lalu tentang program satelit Teheran, dengan mengatakan peluncuran roket pembawa pada Januari 2019 sama dengan pelanggaran batas rudal balistiknya.