Gerakan-gerakan tersebut dinilai sebagai gerakan Insurjen alias perang dalam skala kecil yang berlarut.
Maka sebagai penjaga kedaulatan Republik, TNI mau tak mau harus menyesuaikan cara berperang menghadapi gerakan insurjen ini sehingga gagasan untuk membentuk sebuah satuan pasukan yang mobile, cekatan dan mematikan pun mencuat.
Gagasan pembentukan sebuah pasukan ini tak lain dan tak bukan tatkala TNI (ABRI kala itu) menyerbu Timor Timur dan harus berhadapan dengan GPK Fretilin.
Fretilin yang merupakan pergerakan kemerdekaan Timor-Timur atas pendudukan Indonesia di tanah airnya (anggapan mereka) selalu membuat usaha-usaha untuk mengeliminasi tentara Indonesia disana.
Usaha Fretilin memerangi TNI rupanya membuat repot pemerintah Indonesia.
Pasalnya para milisi Fretilin amat mengenal medan pertempuran yang merupakan tanah kelahiran mereka.
Tak jarang milisi Fretilin berkali-kali melakukan ambush, pencegatan serta penghadangan kepada para prajurit TNI.
Hal ini mengakibatkan jatuhnyakorban di pihak TNI dengan jumlah tak sedikit.
Aksi Fretilin ini sangat merepotkan serta dan mendapat perhatian serius dari markas besar ABRI (TNI) kala itu.