Dr. Andri pun melakukan perekaman otak si anak untuk mengetahui bagaimana frekuensi gelombang otak yang ditimbulkan dari musik pembangkit stres itu.
Kemudian sang anak diberikan terapi mendengarkan bacaan Al-Quran selama tiga bulan, kemudian diperdengarkan kembali musik yang bisa meningkatkan stres.
Hasilnya menunjukkan, daya tahan anak terhadap stres pada kesempatan kedua jauh lebih kuat daripada pada saat pemberian musik yang pertama jika dilihat dari rekaman gelombang otaknya.
“Anak yang sudah didengarkan suara bacaan (terapi) Al-Quran akan jauh lebih tenang dan lebih tahan terhadap stres,” simpulnya.
Tak ubahnya dengan lantunan ayat suci, suara azan nan indah dan lembut pun berpengaruh terhadap emosi seseorang.
Sejak saat itu, Tio merasa dirinya mendapatkan hidayah Allah SWT. Lalu, diceritakanlah kejadian tersebut kepada teman-teman dekatnya.
“Saya mau ke masjid tapi saya bingung enggak bisa salat. Sampai akhirnya saya bercerita kepada teman-teman dekat saya,” ujarnya.
Source | : | GridStar.ID |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar