Sebab menurutnya, apa yang normal biasanya ada standarnya, pola-pola yang tetap melalui rujukan tertentu.
"Dikatakan sesungguhnya itu bukan new normal, tapi itu we have to straight normal forever dan kita lanjutkan yang normal itu selamanya, karena apa yang normal itu biasanya ada standarnya, ada norma-norma, ada pola-pola yang reguler, dan tentu ada poin rujukan referensi, ini tak ada sama sekali," imbuhnya.
Dan Amien pun mengatakan 'New Normal' di Indonesia dapat dilihat dari kondisi sosial dan perekonomian yang semakin memburuk.
Hal itupun menurutnya dapat memicu istilah normal yang baru menjadi salah kaprah.
Seperti kenormalan dengan jumlah pengangguran yang bertambah dan kenormalan utang negara yang semakin bertambah.
"Saudara-saudara, jangan dipakai lagi ini (istilah new normal). Ini bisa mengelabui kita sendiri, dikarenakan apapun dianggap normal," ungkap Amien Rais.
Meski tak setuju penggunaan istilah tersebut, Amien memahami niat dan maksud pemerintah dalam menerapkan normal yang baru saat pandemi seperti ini.
Oleh karena itu ia mengajak masyarakat untuk tidak menggunakan istilah 'New Normal' agar tak dikelabuhi.
Ia pun menambahkan bahwa maksud dari istilah tersebut oleh pemerintah adalah dalam hal pelaksanaan kehidupan sehari-hari baik bagi masyarakat biasa maupun pegawai pemerintahan.