Pada 30 Desember 1973, Carlos memaksa masuk ke rumah Sieff dengan menodongkan senjata kepada pelayan. Namun, saat Sieff sudah di depan mata dia hanya berhasil melukai kepala, karena ketika akan dipicu untuk kedua kalinya pistol Carlos macet, dia pun terpaksa meninggalkan tempat itu.
Carlos kemudian membantu dalam perencanaan upaya pendudukan kedutaan Prancis di Den Haag, Belanda, oleh anggota Tentara Merah Jepang pada 13 September 1974.
Ketika Perancis sedang bernegosiasi untuk membebaskan 11 sandera yang ditahan di kedutaan, Carlos melemparkan granat ke sebuah kafe dan arena perbelanjaan di Paris.
Serangan itu menewaskan dua dan melukai puluhan orang lainnya, dan dalam beberapa hari Perancis telah menyetujui tuntutan Tentara Merah Jepang.
Pada Januari 1975 Carlos memimpin serangan roket yang gagal terhadap sebuah pesawat El Al di Bandara Orly di Paris. Serangan roket kedua seminggu kemudian mengakibatkan baku tembak dengan polisi Prancis, tetapi Carlos menyelinap pergi dalam kekacauan berikutnya.
Namun di tahun yang sama, rekannya di PFLP yang juga terlibat dalams erangan El Al, Michel Moukharbal menjebaknya hingga Carlos harus berhadapan dengan dua agen kontra-intelijen Perancis (DST).
Akan tetapi, sebuah senjata mesin di tangan Carlos berhasil menjadi pembunuh dua agen tersebut bersama dengan Moukharbal.
Carlos, yang sebelumnya tidak dikenal oleh penyelidik Prancis, tiba-tiba menjadi fokus perburuan yang akan berlangsung hampir dua dekade.