Serangan terus berlanjut hingga tahun 1983, tetapi tekanan dari pemerintah Barat menyebabkan banyak koneksi Carlos di balik Tirai Besi menolaknya.
Dalam pelarian dan kekurangan sumber daya, Carlos menghabiskan sisa tahun 1980-an dalam masa pensiun di Suriah, di mana tuan rumahnya menuntut agar ia tetap tidak aktif.
Tidak lagi dianggap sebagai ancaman serius, ia hampir diabaikan oleh penegak hukum internasional. Namun, pada tahun 1990, ketika rumor mulai mengemuka bahwa pemimpin Irak Ṣaddām Ḥussein berusaha merekrut Carlos untuk memimpin kampanye teror terhadap AS dan target Eropa, badan intelijen Barat melanjutkan perburuan mereka untuk Carlos dengan sungguh-sungguh.
Dia kemudian terlacak berada di Sudan, dan pada 1994 agen-agen Prancis menangkap Carlos dan mengembalikannya ke Prancis untuk diadili.
Pada Desember 1997 Carlos dinyatakan bersalah atas pembunuhan terhadap Moukharbal dan kedua penyidik lalu dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Carlos kembali dijatuhi hukuman seumur hidup pada November 2011 karena dugaan keterlibatannya dalam empat pemboman di awal 1980-an yang menewaskan lebih dari 10 orang di Prancis.
Pada 2017, untuk ketiga kalinya Carlos The Jackal mendapat hukuman seumur hidup setelah pihak berwenang Prancis mengajukan dakwaan tambahan terhadap Carlos pada Oktober 2014, sehubungan dengan serangan granat 1974 di Paris.
Tapi, rupanya tahanan tidak menghentikan segala keyakinan Carlos untuk berjuang menentang imperialisme barat, khususnya AS. Dia menerbitkan buku berjudul “L'islam révolutionnaire” atau “Islam Revolusioner”.
Dalam buku tersebut, Carlos secara terang-terangan mendukung Osama Bin Laden berikut dengan aksi-aksinya serta menyebut Saddam Husein seagai "ksatria terakhir dunia arab.
Artikel ini telah tayang di Sosok.ID dengan judul Terlahir Komunis, Inilah Sosok Pembenci Israel Pembela Palestina, 'Leluhur' Teroris Berkedok Agama yang Siap Libas Apapun Demi Pertahankan Keyakinannya.