Gridhot.ID - Indonesia dengan Malaysia memang bertetangga.
Namun kedua negara ini tak pernah benar-benar dingin emosinya.
Sisa-sisa konflik masih ada seolah 'mendarah daging' di antara kedua bangsa.
Semboyan 'Ganyang Malaysia' menjadi salah satu yang hingga kini tak dilupakan.
Ketika Indonesia dan Malaysia terlibat konflik di masa silam, yang diikuti dengan pencanangan semboyan Ganyang Malaysia itu, peperangan terbuka antara Indonesia-Malaysia pun siap meletus.
Untuk menyiapkan kekuatan tempurnya, Indonesia yang kemudian menggelar Operasi Dwikora, membentuk pasukan yang terdiri atas para sukarelawan dan gabungan pasukan TNI/Polri.
Malaysia yang dalam konflik itu langsung didukung secara penuh oleh militer Inggris sebenarnya punya kekuatan militer yang sulit diimbangi Indonesia.
Inggris sendiri menyatakan tidak main-main untuk membela Malaysia. Lebih dari itu, Inggris juga mengancam akan membom langsung Jakarta menggunakan pesawat pembom nuklir jarak jauh, Avro Vulcan.
Untuk membom Jakarta, Inggris saat itu memang tidak akan menggunakan bom nuklir, tapi bom konvensional mengingat Vulcan bisa membawa bom dengan berat total hingga 45.000 kg.
Sebagai pesawat pembom jarak jauh dan bisa menempuh jarak lebih 4000 km, Vulcan yang saat itu sudah berpangkalan di Darwin, Australia, bisa dengan mudah ‘membantai’ Jakarta.
Tapi Presiden Soekarno ternyata tidak takut atas ancaman pembom Vulcan Inggris, karena Jakarta saat itu sudah memiliki sistem pertahanan udara yang kuat berupa pangkalan-pangkalan rudal jarak jauh SA-2 Guideline yang dibeli dari Rusia.
Apalagi pihak AS dan Inggris merupakan negara yang paling takut terhadap rudal SA-2 karena pada tahun 1960-an satu unit pesawat mata-mata AS, U-2, pernah ditembak jatuh Rusia menggunakan rudal SA-2, ketika sedang terbang di atas Moskow dan pilotnya berhasil ditangkap.
Rudal SA-2 yang merupakan andalan Rusia di tahun 1960-an dikenal bisa dengan mudah menghantam sasaran pada jarak 20.000 km, sementara pembom Vulcan hanya bisa terbang pada ketinggian maksimal 17.000 km.
Berkat rudal-rudal SA-2 yang sudah digelar secara merata di sekitar Jakarta seperti di Tangerang, Cilincing, Cilodong, dan Pondok Gede, Vulcan yang telah bersiap untuk menyerang Jakarta pun tidak berani berkutik.
Namun, pascapemerintahan Bung Karno, Indonesia terutama Jakarta, tidak dipertahankan lagi oleh sistem pertahanan udara yang diperkuat rudal-rudal jarak jauh, apalagi senjata antirudal, sehingga menjadi kawasan yang sangat rawan oleh serangan pesawat pembom atau rudal balistik musuh.
Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Tak Gentar terhadap Pesawat Pembom Nuklir Inggris yang Sokong Militer Malaysia, Rudal Pertahanan Udara Bikinan Rusia Jadi Andalan Bung Karno Lindungi Jakarta.
(*)