"Pasti ada (kerugian), besar. Dia punya 110 outlet loh bayangkan, 1 outlet Rp 1 M terakhir, awalnya Rp 300 juta, kalau kita nggak pernah jual. Berarti dia meraup uang dari sana berapa besar, kita tidak tahu, itu bagian dari kerugian kita kan," katanya.
"Saya kira wajar ya kalau dia mau beli dari saya merek ini, jual beli merek kan boleh menurut undang-undang. Silahkan kalau mau," tambahnya.
Ia mengaku bahwa pihak Ruben Onsu sempat meminta pihaknya untuk menutup gerai I am Geprek Bensu.
"Saya suruh jalan kok, sampai sekarang jalan," katanya.
Namun pihak Ruben Onsu tak berani memaksa tutup karena sebelumnya belum memiliki sertifikat.
"Dulu gak berani, karena dia gak punya sertifikat. Baru 24 Mei 2019 baru ada sertifikat, pagi kita udah dapat jam 10, taunya besok paginya tanggalnya sama, eh kok bisa dapat ya, nomornya pokoknya selisih 50 nomor, tapi kamu duluan, apapun mau ceritanya, kami duluan," tegasnya.
Ia pun mengatakan kalau dari pihak I am Geprek Bensu ada niatan untuk melaporkan pihak Ruben Onsu.
"Mereka itu mau, maklum anak muda, tapi saya bilang jangan. Tadinya mau melaporkan, keterlaluan karena dituduh yang tidak-tidak, tapi saya bilang jangan, jangan peruncing masalah ini. Yang damai aja lah, yang baik-baik aja," katanya.
Beberapa kerugian yang juga dialami I am Geprek Bensu yakni pihak Ruben Onsu mengambil beberapa franchisor milih I am Geprek Bensu.
"Jadi pas dia masuk ke kita sama-sama, kita sudah ada 48 outlet, setengahnya diborong ke sana, 30 lebih diambil Ruben, jadi hak milik dia, yang ikut dia. Jadi dia itu langsung ada outlet, nggak dibeli," ujarnya.