Sebaliknya saat penerbangan ditutup dan maskapainya tidak bisa terbang beberapa bulan lalu, Susi mengaku tak mendapat pedoman yang jelas dari pemerintah.
"Saya bukan minta kompensasi, tapi at least kewajiban kita yang rutin digratiskan dulu," ucap Susi.
Susi mengatakan usulannya untuk memperoleh keringanan itu layak dipertimbangkan, sebab saat ini perusahaannya sudah tidak lagi memiliki pendapatan atau zero income.
Meski belum lama ini penerbangan dibuka, Susi menyebut kondisi itu tetap tidak menutup pengeluaran perusahaan.
Saat ini, Susi Air hanya terbang kurang dari 2 persen dari kapasitas maksimal saat normal.
Salah satunya terbang menuju Jakarta untuk keperluan pengiriman logistik.
Susi memperkirakan penerbangan baru bisa naik 50 persen pada 2021.
"Saya belum mau bilang menyedihkan tapi kondisi ini menakutkan."
Source | : | Tribunnews.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Nicolaus |
Komentar