Ilmuwan temukan bahwa level air tawar berubah akibat cuaca ekstrim seperti topan, yang membawa air asin membanjiri pulau tersebut.
Namun berdasarkan model komputer mereka, air tawar di Fiery Cross Reef dapat menjadi stabil setidaknya hanya dalam kurun waktu 15 tahun.
Adanya waduk air tawar tersebut tidak hanya penting bagi manusia di pulau tersebut, tetapi juga bagi ekosistem.
Pasalnya, sudah pasti banyak tanaman dan hewan bergantung dengan air tawar untuk tetap bertahan hidup.
Saat ini, warga yang tinggal di pulau tersebut menggantungkan kebutuhan air mereka dari desalinasi air laut, dan air tawar sangat kurang.
Meski dianggap bisa stabil dengan cepat, profesor hidrogeologi di Hohai University, Nanjing, Lu Chunhui mengatakan waduk seperti itu dapat rapuh.
Serta, pembentukannya yang sangat cepat dapat menyebabkan air laut mencemari waduk tersebut.
Ia juga sebutkan bisa diestimasi berapa banyak air tawar dapat diekstrak tanpa merusak sumber daya alam tersebut.
Namun hal tersebut memerlukan jangkauan data yang luas seperti catatan cuaca dan survei geologi.
Teknisi kelautan telah mengajukan cara-cara untuk menghentikan intrusi air laut ke pulau tersebut, termasuk dengan membangun dinding.
"Teknologi tersebut bekerja tidak hanya di pulau terpencil tetapi juga di kota pesisir dengan masalah air seperti Singapura dan Hong Kong," ujar Lu.