Pada kesempatan itu Presiden Joko Widodo juga kembali menegaskan penugasan kepada Prabowo Subianto untuk mendukung dan mengawal ketahanan pangan ini
"Karena ini menyangkut cadangan strategis pangan kita, akan kita berikan kepada Pak Menhan (Prabowo Subianto) yang tentu saja didukung oleh Pak Menteri Pertanian dan juga Menteri PUPR. Daerah kami harapkan juga ada dukungan penuh dari gubernur maupun para bupati," tandas Presiden.
Presiden juga mengharapkan dengan cadangan strategis pangan nasional maka bisa mengatur kebutuhan pasokan pangan.
"Kalau memang dalam negeri kekurangan pangan, akan disuplai dari sini, entah itu bisa padi, bisa singkong, bisa jagung, atau bisa cabai, semuanya akan di-manage dengan manajemen yang ada dan kalau sisa, itulah yang akan kita ekspor ke negara lain," kata Presiden.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyebut pandemi virus corona Covid-19 yang tangah melanda Indonesia dan bangsa-bangsa lain di dunia telah menyadarkan akan pentingnya ketahanan pangan nasional.
"Swasembada Pangan bukan hanya sebuah jargon, melainkan suatu kebutuhan kita sebagai bangsa agar dapat bertahan menghadapi bencana global yang sedang melanda, juga untuk masa depan bangsa kita," kata Prabowo di akun media sosialnya.
Pada kesempatan sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimoeljono dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo juga telah membahas teknis persiapan proyek food estate di Kalimantan Tengah ini pada 3 Juli 2020. Menurut Basuki, Kementerian PUPR dan Kementerian Pertanian, telah aksi menyiapkan food estete di Kalimantan Tengah dengan total seluas 168.000 ha lahan eks pengembangan lahan gambut dulu.
"Sebagian besar sudah ditanami kelapa sawit sehingga tinggal tersisa sebanyak 148.000 ha. Diantara ada sungai Kapuas dan Barito, yakni di Blok A dan B yang tidak ada gambut yakni berupa tanah aluvia," terang Basuki.
Di tempat tersebut dari total 168.000 ha, sebanyak 85.000 sudah ditanami oleh petani eks transmigran tiap tahun. Sedangkan yang lainya 97.000 ha lahan kurang tenaga kerja sehingga berubah menjadi semak belukar.
"Sehingga ini perlu land clearing lagi, sehingga tidak perlu mencetak sawah baru. Karena dulunya sudah menjadi sawah," kata Basuki.