Kabar intervensi tersebut semakin jelas setelah seorang pejabat intelijen AS terkemuka mengatakan pada Jumat bahwa Rusia sedang mencoba untuk "merusak" pencalonan Joe Biden dari Demokrat.
Sementara Rusia tak ingin Biden menang, China dan Iran justru menginginkan hasil yang sebaliknya.
China dan Iran menentang terpilihnya kembali Donald Trump sebagai presiden.
Melansir CNBC, Jumat (7/8/2020), dugaan adanya upaya campur tangan tiga musuh AS tersebut muncul dalam pernyataan dari William Evanina, direktur Pusat Kontra Intelijen dan Keamanan Nasional, yang mengatakan dia merilis informasi untuk membantu orang Amerika "memainkan peran penting dalam menjaga pemilihan kami."
Sementara banyak pihak asing yang memiliki pandangan tentang siapa yang harus mengendalikan Gedung Putih, "Kami terutama prihatin tentang aktifitas yang sedang berlangsung dan potensial oleh China, Rusia, dan Iran," kata Evanina.
Dia memperingatkan bahwa "negara asing akan terus menggunakan langkah-langkah pengaruh terselubung dan terbuka dalam upaya mereka untuk mempengaruhi preferensi dan perspektif pemilih AS, mengubah kebijakan AS, meningkatkan perselisihan di Amerika Serikat, dan merusak kepercayaan rakyat Amerika dalam proses demokrasi kita" ke depan dari pemilihan 3 November.
"Kita semua bersama-sama sebagai orang Amerika," kata Evanina dalam pernyataan itu.
"Pemilihan kita harus menjadi milik kita sendiri. Upaya asing untuk mempengaruhi atau mengganggu pemilihan kita adalah ancaman langsung terhadap struktur demokrasi kita."
Dugaan preferensi Rusia, China, dan Iran mencerminkan bagaimana Trump dan Biden berbicara tentang mereka di jalur kampanye.
Trump dalam hampir setiap penampilan pidatonya baru-baru ini mengkritik China atas penanganannya terhadap virus corona.