"Informasi tentang peluncuran rudal akan secara otomatis diteruskan ke kepemimpinan militer-politik Rusia, yang akan menentukan cakupan tindakan pembalasan oleh pasukan nuklir, tergantung pada situasi yang berkembang," sebut artikel itu
Argumen tersebut mencerminkan kekhawatiran lama Rusia tentang pengembangan senjata yang bisa memberi AS kemampuan untuk melumpuhkan aset militer utama dan fasilitas pemerintah tanpa menggunakan senjata atom.
Sejalan dengan doktrin militer Rusia, kebijakan penangkal nuklir baru menegaskan kembali, negeri beruang merah dapat menggunakan senjata nuklir sebagai respons terhadap serangan nuklir atau agresi yang melibatkan senjata konvensional yang "mengancam keberadaan negara".
Apa yang Rusia lihat sebagai agresi
Dokumen kebijakan tersebut memberikan penjelasan perinci tentang situasi yang bisa memicu penggunaan senjata nuklir, termasuk serangan senjata atom atau pemusnah massal lainnya terhadap Rusia atau sekutunya.
Selain itu, dokumen kebijakan itu menyatakan, Rusia dapat menggunakan persenjataan nuklirnya jika menerima "informasi yang bisa dipercaya" tentang peluncuran rudal balistik yang menargetkan wilayah mereka atau sekutunya. Termasuk, "tindakan" terhadap fasilitas negara atau militer Rusia yang vital.
Hubungan Washington-Moskow berada di posisi terendah pasca-Perang Dingin karena krisis Ukraina, tuduhan campur tangan Rusia dalam Pemilihan Presiden AS 2016, dan perbedaan lainnya.
Source | : | Kontan.co.id |
Penulis | : | None |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar