Namun, karena sengketa antara China dan Amerika membuat pertumbuhan China melambat 6,2 tahun 2019 persen dan 6,6 persen tahun 2018.
Akibat sengketa perdangan sejak tahun lalu, ketersediaan meningkat atas utang yang tumbuh cepat di China, yang seharusnya digunakan untuk ekspansi selama beberapa dekade.
Dengan demikian investasi China di negara terbelakang seperti di Afrika yang bernilai lebih, dari pengeluaran domestik di negara itu bisa melemah di masa mendatang.
Serta memudarnya permintaan untuk ekspor komoditas.
Baca Juga: Ditanya Boy William Mau Nggak Jadi Presiden, Ganjar Pranowo: Enak Aja, Emang Negara Punya Nenekmu?
Angka-angka dari badan pembangunan PBB, tidak menunjukkan pelemahan harga komoditas global pada tahun 2014 dan 2015.
Menyebabkan arus investasi langsung ke Afrika, dari 55 miliar dollar AS turun ke 42 dollar AS, menunjukkan dampak pelambatan ekonomi di Afrika akibat pelambatan ekonomi di China.
Pinjaman luar negeri dari dua bank pembangunan utama China mencapai 675 dollar AS pada akhir 2016.
Nilai itu lebih dari dua kali lipat pinjaman dari Bank Dunia, yang berwenang mengatasi kemiskinan di negara berkembang dan pembangunan di Afrika yang menjadi fokus lembaga di China.
Menurut Unctad China memegang saham terbesar keempat dari investasi langsung di Afrika senilai 40 miliar dollar AS, di belakang AS 57 miliar dollar AS, Inggis 55 dollar AS, dan Prancis 49 miliar dollar AS.