Laporan Wartawan GridHot, Desy Kurniasari
GridHot.ID - Beberapa waktu terakhir, netizen tengah ramai membicarakan sosok selebgram Tanah Air di media sosial.
Selebgram tersebut ialah Revina VT.
Bukan pujian yang didapatkannya, melainkan hujatan yang bahkan membuat namanya menjadi trending topik di Twitter.
Mengutip Hai-Online.com, dalam sebuah cuitannya di Twitter pada Rabu (2/9/2020), selebgram cantik itu menuliskan kalimat yang berunsur body shaming terhadap orang lain.
"Lo pernah ga sih liat orang ngegym, terus pede bener pake sport bra + celana pendek yang pantatnya keliatan separo tapi polusi visual aja buat mata lo. Perih bener," tulis Revina di Twitter.
Selebgram yang pernah berurusan dengan psikolog Dedy Susanto ini ngerasa risih dengan penampilan seseorang yang ada di tempat pada saat dirinya lagi olahraga.
"Loh no offense, wong gue yang di sana. Kami squat bareng, dia sportbranya mirip sama kemben doang. Punggungnya nggak mulus, tp gue liat terus. Pantatnya item, celana dalemnya ngejeplak banget, jadi pantat kayak kebelah jadi 4 bagian. Kan gemesh," sambungnya.
Revina juga ngasih pernyataan kalo cewek yang ada di tempat gym tersebut ngerasa terlalu percaya diri sama badannya.
"Lah kenapa emosi? Mata-mata gue, gue juga nggak ngebully dia. Munafik banget semua harus dibilang pretty. :)) nyatanya emang nggak semua cewek cakep, lo mau ngegym badan belom bagus, ya sama badan gue juga jelek. Tp pantat jangan diliatin ke orang dong," tambah Revina.
Nggak cuman soal penampilan, Revina juga mengomentari bau tubuh cewek yang dia lihat di tempat tersebut.
"Serem ketemu orang begini. Takut liat orang begini. Lah, emang gue pengen ketemu lo? Enggak njir. Gue terganggu squat, dan di depan gue ada pantat separo item, dan keteknya ke mana2 tapi ga bagus. + baunya ebuset. Kenapa gue yg keganggu lo yang marah? Dih, sjw," katanya.
Cuitan Revina ini ngundang komentar dari warganet. Banyak yang justru menghujat Revina soal body shaming.
Hingga hari ini, Kamis (3/9/2020) hashtag Revina jadi trending topik di twitter dan masih banyak yang mengomentari opini selebgram tersebut.
"Kalau terganggu, bisa kok bicarakan baik2 empat mata dg yg bersangkutan jika memang tujuannya perhatian dan menginginkan kebaikannya orang tsb Kalau cuma koar2 di sosmed mah urusannya beda lagi, aneh. Perlu lu inget aja nih kalau yang lu komentari tuh manusia, bukan Cermin." Tulis akun @afrkml
Dilansir Gridhot dari Kompas.com, pakar studi jender dan budaya dari Universitas Sebelas Maret, Sri Kusumo Habsari, PhD, mengungkap, bahwa sebenarnya body shaming telah menjadi bagian kehidupan perempuan sejak dulu.
“Tradisi perempuan suka mengomentari tubuh perempuan lain itu sudah sejak lama kok. Jadi sebenarnya, tidak perlu ditanggapi,” ujar Sri pada Kompas.com (3/9/2020).
Menurutnya, yang menjadi masalah saat ini adalah semakin banyak orang yang menganggap tubuh adalah segalanya.
Padahal, di luar itu masih ada jiwa, batin, kecerdasan, dan kebijaksanaan yang sebenarnya lebih penting dari tubuh ideal.
“Seandainya para perempuan menyadari bahwa tubuh itu usianya sangat pendek, dan menyadari bahwa ada kesehatan yang lebih penting atau kemampuan untuk lebih produktif, tentu tidak akan memikirkan hal seperti ini,” jelasnya.
“Karena itu, penting bagi para perempuan untuk mengembangkan mind daripada body. Otak semakin diasah semakin berkembang dan bijaksana, jika dibandingkan tubuh yang seiring usia memang akan mengalami penurunan.”
Sayangnya, menurut Sri, kondisi masyarakat saat ini dalam fenomena society of spectacle, di mana masyarakat senang ditonton dan menonton.
“Kenapa ada orang mengkritik penampilan orang lain? Ya kemungkinan untuk menarik perhatian orang. Dia melakukan itu untuk popularitas. Semakin kontroversial justru semakin ramai akunnya,” kata Sri.
“Meskipun orang-orang memberikan respons negatif untuknya ya, tetapi itu berarti dia mendapatkan perhatian dari orang lain,” imbuhnya.
Di sisi lain, Sri mengakui bahwa para perempuan memang memiliki kecenderungan mendengarkan komentar orang lain.
Tapi, ia menekankan ketika perempuan memiliki keyakinan bahwa ada hal yang lebih baik di dalam dirinya melebihi penampilan fisiknya, maka seburuk apapun komentar orang lain tak lagi menjadi masalah.
“Intinya, sesuatu yang tidak positif tidak perlu ditanggapi. Cuekin saja,” pungkasnya. (*)