Lia menjelaskan, saat ini rumah sakit-rumah sakit telah banyak melakukan sejumlah upaya pencegahan.
Upaya itu tak hanya soal Alat Perlindungan Diri (APD) yang kini cukup terpenuhi, tetapi juga mempertimbangkan tata ruang gedung.
“Belakangan kita makin tahu di sebuah gedung banyak yang harus kita penuhi kaidah-kaidah untuk mencegah infeksi. Misalnya ventilasi,” ujar Lia.
Ventilasi, menurut dia, memiliki peran penting untuk mencegah penularan terutama bagi gedung yang sangat tertutup.
“Banyak perubahan tata udara. Termasuk perubahan fisik, sepeti alur. Ini pasien lewat mana. Pasien Covid-19 enggak boleh campur non Covid-19,” kata dia.
Banyak pula rumah sakit yang telah memilah wilayah pemakaian APD berdasarkan zonasi yakni zona risiko rendah, tinggi, dan tinggi sekali.
Upaya lainnya, pembuatan sekat-sekat agar pasien tak berinteraksi secara langsung dengan dokter maupun perawat, dan pembatasan jumlah antrean.
Lia mengatakan, untuk pemasangan plasma filter beberapa rumah sakit besar dan swasta telah menggunakannya untuk ruang-ruang isolasi negatif.
Sedangkan untuk yang lain setidaknya telah menggunakan ruangan bertekanan negatif yang dilengkapi dengan penyaring udara.
“Jadi walau nggak sempurna semua, kita dari Persi sendiri sudah menganjurkan adanya perubahan fisik. Jadi menyesuaikan apa yang kita tahu teorinya untuk mencegah infeksi,” lanjutnya.