"Hampir 90 persen (badannya) penuh tato, yang bersih hanya wajah, leher, sama telapak tangan dan kaki," kata Hoho, seperti dikutip dari Kompas.com.
"Pertama dulu ditato di Bali. Awalnya sedikit-sedikit, karena takut sama orangtua, sembunyi-sembunyi, tapi akhirnya ketahuan juga waktu habis mandi," sambung Hoho.
Menurut Hoho, tato yang menutupi hampir seluruh tubuhnya merupakan bagian dari masa lalu.
"Kenakalan remaja biasalah, waktu SMA dikeluarin sampai enam kali. Waktu kuliah juga ngawur," kata pria lulusan Fakultas Hukum Universitas Sultan Agung (Unissula) Semarang ini.
Sempat ditentang saat maju sebagai Kades
Ketika maju sebagai kades, Hoho sempat tuai pro dan kontra. Penyebabnya apalagi kalau bukan penampilannya yang penuh tato.
Ia pun mengungkapkan kalo hal tersebut menjadi senjata bagi para lawan ppolitik untuk membuat isu buruk tentang dirinya.
“Pasti, lawan politik mau menjatuhkan, apalagi saya punya kekurangan, jadi omongan setiap hari, tapi saya nggak ambil pusing,” kata Hoho.
Nggak begitu peduli dengan omongan buruk orang lain, doi pun bertekad buat maju terus dan terbukti di saat pemilihan dirinya dipercaya masyarakat untuk memimpin Desa Purwasaba.