WHO mencatat, meskipun kejadian penyakit tersebut turun 9% antara 2015 dan 2019 dan kematian menurun sebesar 14% selama periode yang sama, lebih dari 1,4 juta orang masih meninggal akibat tuberkulosis pada 2019.
Sekarang adanya pandemi virus corona menghambat upaya melawan TBC.
“Pandemi corona mengancam penurunan kasus TBC yang diperoleh selama beberapa tahun terakhir,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
“Tindakan yang dipercepat sangat dibutuhkan di seluruh dunia jika kita ingin memenuhi target kita,” katanya.
Menurut WHO, di antara tantangan paling mendesak dalam memerangi TBC adalah pendanaan.
Tahun ini, dana yang terkumpul untuk pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan perawatan TBC hanya mencapai US$ 6,5 miliar secara global, atau cuma setengah dari target US$ 13 miliar yang disepakati oleh para pemimpin dunia dalam Deklarasi Politik PBB melawan TBC.
Tanpa tindakan dan investasi yang mendesak, target global untuk pencegahan dan pengobatan TBC kemungkinan besar akan terlewat.
TBC dapat dicegah dan disembuhkan. Menurut data WHO, sekitar 85% dari mereka yang terinfeksi TBC berhasil diobati dengan rejimen obat selama enam bulan.
Perawatan ini juga mengurangi penularan infeksi.