Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Kutub Bumi Ancam Dunia, Ilmuan Wanti-wanti Bakal Terjadi Mega Tsunami karena Mencairnya Gletser Alaska, Berikut Penjelasan Kondisinya yang Mengkhawatikan

None - Rabu, 21 Oktober 2020 | 15:13
Barry Arm, Harriman Fjord, Alaska.
Christian Zimmerman/U.S. Geological Survey

Barry Arm, Harriman Fjord, Alaska.

Meski lokasinya terpencil, namun kawasan ini cukup sering dikunjungi oleh kapal komersial untuk rekreasi, termasuk kapal pesiar.

Baca Juga: Ruang Tamu Masuk Indonesia Tapi Dapur Masuk Malaysia, Inilah Penampakan Rumah Perbatasan yang Viral di Media Sosial, Warganet: Ke Luar Negeri Tanpa Modal

"Awalnya, sulit mempercayai angka-angka tersebut," kata ahli geofisika Chunli Dai dari Ohio State University mengatakan kepada NASA Earth Observatory.

Dia mengatakan berdasarkan ketinggian endapan di atas air, volume tanah yang tergelincir, serta sudut kemiringan, dia menghitung bahwa keruntuhan tersebut setidaknya akan melepaskan 16 kali lebih banyak puing. "Dan 11 kali lebih banyak energi daripada longsor yang terjadi di Teluk Lituya di Alaska pada tahun 1958 dan mega tsunami," kata Dai.

Apabila perhitungan tersebut tepat, maka akibatnya mungkin tidak terpikirkan. Sebab, seperti peristiwa yang terjadi di Alaska pada tahun 1958, pernah disamakan oleh saksi mata dengan ledakan bom atom.

Baca Juga: Menangis Terisak, Istri Cai Cangpan Ungkap Permintaan Terakhir Suaminya Sebelum Ditemukan Tewas Gantung Diri di Hutan, Nuryannah: Keadaan Buru-buru...

Peristiwa itu sering dianggap sebagai gelombang tsunami tertinggi di zaman modern, dengan ketinggian mencapai maksimum 524 meter. Penyebab kerusakan lereng di Alaska Kerusakan lereng yang jauh lebih baru tercatat pernah terjadi pada tahun 2015 di Taan Fiord, di sebelah timur yang menghasilkan tsunami setinggi 193 meter.

Peneliti menduga kerusakan ini disebabkan oleh berbagai hal. Pemicunya beragam, dalam laporan Mei itu disebut seringkali hujan lebat atau berkepanjangan menjadi faktor penyebab kerusakan tersebut. Penyebab lainnya seperti gempa bumi, serta cuaca panas yang dapat mendorong pencairan permafrost, salju atau es gletser.

Sejak laporan tersebut dirilis awal tahun ini, analisis longsor berikutnya menunjukkan sedikit atau bahkan tidak ada pergerakan massa tanah di lereng. Meskipun hal itu tidak memberi tahu banyak hal, sebab penelitian menunjukkan bahwa permukaan batuan telah bergeser setidaknya sejak 50 tahun yang lalu.

"Ketika iklim berubah, lanskap membutuhkan waktu untuk menyesuaikan," kata penulis surat terbuka dan ahli geologi Bretwood Higman dari organisasi nirlaba Ground Truth Alaska kepada The Guardian.

Baca Juga: Bakal Obati Kangennya Para Penggila Film, Bioskop XXI Kembali Buka dengan Keluarkan '11 New Habits' untuk Penonton, Simak Aturannya Demi Taati Protokol Kesehatan

Higman mengatakan jika gletser menyusut dengan sangat cepat, lereng di sekitarnya dapat mengejutkan. Mereka mungkin gagal secara serempak alih-alih menyesuaikan secara bertahap. Pemantauan berkelanjutan oleh banyak organisasi, termasuk ADNR, Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional, dan Survei Geologi AS mulai mengawasi perkembangan di Prince William Sound.

Source :Kontan.co.id

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x